Getar Pentaskan “Revenge” di Empat Kota

SALATIGA – Teater Getar Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga sukses pentaskan naskah “Revenge” karya Eko Kodok di Auditorium Universitas Muria Kudus (UMK), Kamis (28/12) malam. Pementasan tersebut berhasil menyedot perhatian ratusan penonton yang berasal dari Kabupaten Kudus, Jepara, Semarang, dan sekitarnya.

Pementasan berlangsung kurang lebih satu setengah jam dengan membawakan tema tentang kebudayaan Jepang. Tokoh-tokoh yang dimunculkan itu sangat khas dengan Negeri Sakura. Diantaranya dengan membawa samurai dan kostum kimono. Selain itu, setting panggung yang dimunculkan juga khas dengan ciri lukisan dan lingkungan Jepang.

Sutradara pementasan Eko Kodok mengatakan, naskah yang juga merupakan karyanya tersebut terinspirasi dari cerita rakyat tentang konflik perebutan kekuasan yang dialami beberapa kerajaan di Indonesia. Namun, kemudian ia bungkus dengan budaya Jepang setelah mencari beberapa referensi baik dari buku, film, maupun internet.

“Perebutan kekuasaan dilakukan dengan motif balas dendam. Namun, dalam kisah yang terjadi saya juga sisipkan tentang lebih pentingnya keluarga daripada tahta,” tuturnya.

Meski budaya Jepang, lanjut Eko, namun dirinya sengaja tidak membawakan seluruh bentuk budaya yang ada. Melainkan, diakulturasi dengan budaya lokal. Logat yang diungkapkan pemain juga dengan bahasa yang familiar. Sehingga, semua kalangan penonton dapat menikmati dan memahami maksud yang disampaikan.

“Selama proses persiapan, kami juga langsung observasi dengan orang Jepang. Kebetulan, di kampusnya Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga juga mempunyai tenaga pendidik dari Jepang. Selain itu, selama dua hari sekali semua pemain wajib meonton film Jepang, kemudian didiskusikan sampai tuntas,” paparnya.

Salah satu penonton dari Komunitas Swatantu Kudus Tomy mengatakan, kemasan yang dibawakan Teater Getar sangat menarik serta tertata rapi. Sehingga, penonton nyaman menikmati suguhan pentas. Dalam beberapa adegan juga menampilkan perjumpaan yang mengguncang mental. Namun, dibeberapa bagian menurutnya harusnya ada perbaiakan, terutama bagian ilustrasi musik.

Salah satu pengamat teater di Kudus Dhani Azzahra menyampaikan, di tengah budaya teater di Kudus, Teater Getar telah memberi warna tersendiri. Selain itu, filosofi permainan ruang dan idiom yang ditampilkan juga cukup apik.

“Persoalan yang dibawa menukik dari folosofi budaya Jepang yang sebenarnya. Itu diketahui dari ending pementasan yang tidak menampilkan harakiri, dimana seorang samurai yang kalah harus dibunuh sampai tuntas. Selain itu, di beberapa bagian juga masih terbawa arus pop,” bebernya.

Diketahui, sebelumnya Teater Getar telah pentas perdana di Kabupaten Salatiga beberapa waktu lalu. Usai pementasan di Kabupaten Kudus, rencananya mereka akan kembali menggelar pertunjukan serupa di Kota Magelang dan Jogjakarta pekan depan. (zid_hms/http://www.lingkarjateng.com)