Green Campus Bukan Sekedar untuk Sertifikasi

SALATIGA – Hadirnya Greenpeace Indonesia dalam seminar nasional pada Sabtu (30/03) dengan tema “Hutan Krisis, Kritis Kehidupan” memberikan warna baru bagi pengetahuan. Seminar yang diselenggarakan UKM Mapala Mitapasa berlangsung di auditorium Kampus 1 IAIN Salatiga dalam memperingati Hari Hutan Sedunia.

Dalam seminar tersebut hadir pula Budi Santoso dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Tengah, Haryo Aji Nugraha dari IAIN Salatiga dan moderator Elok Faiqotul Mutia dari Direktur Enter Nusantara.

Annisa Rahmawati selaku perwakilan Greenpeace Indonesia mengatakan untuk mewujudkan green campus, hal pertama yang harus dilakukan yakni merubah mindset (pola piker) atas kesadaran bahwa green kampus bukan sekedar untuk sertifikasi.

“Hal-hal sederhana bisa dimulai dari perubahan perilaku masyarakat kampus. Ada banyak inovasi yang bisa dilakukan. Asal jangan untuk verifikasi aja ya, karena terkadang untuk timeline tertentu dan tidak dipertahankan karena ini memang butuh biaya untuk menghubungkan investasi dan harus serius,” tutur Anisa.

Indonesia bisa meniru luar negeri dengan melakukan identifikasi lima sampah. Mulai dari limbah berbahaya seperti kaca, HP sudah dipisahkan mulai dari awal. Sedangkan di sini meskipun sudah dipisah nantinya di TPS atau TPA masih di campur.

Sedangkan untuk green campus kita ciptakan hal yang sederhana dengan cara memisahkan sampah organik dan non organik. Organik bisa dijadikan pupuk untuk tanaman sekitar untuk melakukan keteduhan. Bisa melakukan revitalisasi sumber-sumber air.

Selanjutnya, Ia mengatakan keadaan hutan di Indonesia sangat kritis, terkait defortasi penggundulan hutan sejak 1997-2015 Indonesia telah kehilangan hutan 35 juta hektare hingga saat ini. Penyebabnya yakni adanya ekspansi kebun sawit dan papen paper yang masuk sehingga merusak hutan dan gambut.

“Sebenarnya Indonesia bisa menjadi solusi iklim global namun karena emisi yang dikeluarkan dari defortasi, kebakaran hutan dan gambut sangat besar sekali hampir sepadan dengan bahan bakar fosil,” terangnya.

Sementara itu, ketua UKM Mapala Mitapasa, Nur Colis, mengatakan peran Lembaga Pemerhati Lingkungan, seperti Balai Konsevasi Sumber Daya Alam Jateng, Budi Santoso dan akademisi IAIN Salatiga turut memberikan ilmu terkait hutan. Ia juga mengajak untuk ramah lingkungan dengan menggunakan benda-benda yang ramah lingkungan juga

Selain acara tersebut, pada jumat (29/03) Mapala Mitapasa juga mengadakan lomba essai sesuai dengan tema tingkat pelajar dan mahasiswa. IAINSalatiga-#AKSI (ida/hms/zid)