Jelang Transformasi Jadi UIN, IAIN Salatiga Persiapkan Fakultas Industri Halal

SALATIGA-Dalam rangka transformasi menjadi universitas, Institut Agama Islam Negeri Salatiga berencana untuk membuka fakultas khusus pengembangan industri halal. Hal tersebut disampaikan dalam sambutan pembukaan Rektor IAIN Salatiga, Prof. Dr. Zakiyuddin, M.Ag. dalam Webinar Nasional bertema Pendidikan Islam dan Tatanan Sosio-Ekonomi Baru, Kamis (13/8/2020). “Kami akan buka fakultas yang khusus mempelajari perkembangan industri halal dengan program studi seperti Halal Science, Manajemen Industri Halal, serta Halal Tourism and Hospitality. Jadi yang nanti dipelajari adalah pilar-pilar penting dalam pengembangan industri halal. Hal ini yang akan jadi ciri khas IAIN Salatiga,” ujarnya.

Selanjutnya, Prof. Zakiyuddin menjelaskan bahwa sebagai landasan untuk mengatasi persoalan yang mengiringi pandemi adalah pengetahuan yang memadai, inovasi, kompetensi yang cukup, networking, dan lokalitas berwawasan global. Menurutnya pandemi Covid-19 telah melahirkan tatanan sosio-ekonomi baru yang sifatnya positif dan menjadi tantangan sekaligus peluang bagi PTKIN. “Dalam kondisi seperti sekarang perlu dikembangkan paradigma moral. Etika harus menjadi bagian dari praktik ekonomi. Dari situ bisa dilihat bahwa ekonomi syariah bisa mendapat peluang untuk berkembang dengan bantuan perguruan tinggi,” katanya di hadapan 250 peserta yang merupakan akademisi dari berbagai perguruan tinggi, institusi, serta lembaga.

Pada kesempatan tersebut, Dirjen PTKI Kementerian Agama, Prof. Dr. Arskal Salim, M.Ag mengatakan bahwa saat ini Indonesia, terlebih PTKIN harus lebih giat untuk mendorong perkembangan Ekonomi Syariah. “Menurut data dari The State of Global Islamic Indicator Report 2019-2020, secara global, saat ini perkembangan ekonomi dan keuangan syariah Indonesia berada di urutan kelima setelah Malaysia, Saudi Arabia, Bahrain, dan UEA. Selain itu, secara keilmuan, ekonomi dan keuangan syariah baru didalami oleh beberapa PT,” lanjutnya.

Prof. Arskal juga menyampaikan bahwa pandemi Covid-19 memberi banyak tantangan untuk dunia pendidikan, “Di tengah pandemi dan era revolusi industri 4.0 kemerdekaan belajar bisa menjadi solusi. Kemudahan untuk membuka prodi baru, kemudahan untuk melakukan akreditasi, dan kemudahan bagi mahasiswa untuk belajar di luar prodinya akan memberi kesempatan untuk bertahan di masa sekarang.”

Di akhir paparannya, Dirjen PTKI berharap, IAIN Salatiga dapat segera beralih status menjadi UIN dengan semangat untuk menjadi yang terbaik dan merdeka dalam menyampaikan keilmuan, “Apapun kebijakan yang diambil, semoga selalu memberi kemaslahatan dan memberi manfaat dalam kemajuan ilmu pengetahuan.”

Kegiatan webinar tersebut juga diisi oleh pakar Sosiologi dan Politik Pendidikan, Prof. Dr. Raihani, M.Ed. Ph.D., dan pakar Ekonomi Syariah, Drs. Munrokhim Misanam, MA.Ec., Ph.D. Dalam pemaparannya, Prof. Raihani menjelaskan bahwa pendidikan Islam sejatinya sudah memiliki konsep yang paripurna, jika konsep tersebut tidak dijalankan dengan baik akan membuat peserta didik overload dalam menerima teori. Menurutnya, ada beberapa persoalan yang sering dialami pada proses pendidikan, seperti: susahnya output pendidikan melakukan evaluasi aspek afeksi, susahnya peserta didik menjaga keseimbangan antara ilmu yang bersifat keduniaan dan keakhiratan, dikotomi ilmu pengetahuan, serta otoriatarianisme dalam pendidikan.

“Sebenarnya gagasan tentang integrasi keilmuan itu sudah banyak, hanya saja masalah yang dihadapi juga tidak kalah banyak, seperti: konsep superfisial, kurangnya kualitas SDM, dan kurangnya fasilitas untuk riset,” lanjutnya. Prof Raihani menilai pendekatan pendidikan Islam bermuatan nilai kewirausahaan dapat dilaksanakan melalui subject formation, curricular infussion, classroom experience, dan internship.

Sedangkan Drs. Munrokhim Misanam, MA.Ec., Ph.D mengatakan bahwa isu persaingan dalam perekonomian masa kini sejatinya ilmunya berakar dari ajaran Islam, maka dari itu menurutnya pendidikan Islam berperan penting dalam dunia kewirausahaan.