Prospek dan Tantangan STAIN menjadi UIN

Dalam hal pengembangan keilmuan, peluang UIN tentu lebih besar dari pada STAIN. Hal ini dikarenakan muatan fakultas dan jurusan yang ada di UIN lebih banyak daripada STAIN. Itulah kira-kira kesimpulan yang bias disarikan dari pertemuan  Ketua STAIN Salatiga, Dr. Imam Sutomo, Rektor UIN Maliki Malang, Prof. Dr. Imam Suprayogo, beserta jajaran Dosen STAIN Salatiga di ruang Rapat Gedung Sekretariat, Rabu, 14 September 2011.

Rektor UIN Malang memberikan semangat dan motivasi bagi pengembangan STAIN Salatiga, dengan semangat yang telah dijalankan UIN Malang sebelumnya. Seperti diketahui, UIN Malang adalah metamorfosa dari STAIN Malang yang sebelumnya merupakan cabang dari IAIN Sunan Ampel. Namun dalam perkembangannya justru mendahului induknya menjadi UIN.

Dari sisi pembiayaan dan fasilitas, serta networking, UIN lebih bias menjangkau lebih luas. Semangat universalitas Islam merupakan pijakan bagi pengembangan kelembagaan. Jangan sampai kebesaran Islam yang universal itu kemudian terkungkung oleh kelembagaan yang membatasi diri dalam fakultas yang selama ini dianggap sudah Islam, padahal itu hanya bagian kecil dari Islam.  Ideology universitas inilah yang seharusnya mendorong bnyak pihak yang mengelola STAIN agar segera berbenah diri menjadi UIN.

Pertemuan yang berlangsung hangat dan meriah itu diakhiri dengan sesi tanya jawab. Para penanya umumnya mengajukan kiat-kiat dalam menghadapi rintangan dan tantangan yang dianggap sering menhadang dalam usulan perubahan. Prof. Imam Suprayogo menjawab bahwa pada dasarnya rintangan itu tidak ada jika semua pihak mau bekerja keras dan cerdas. (SG)