Rektor IAIN Salatiga Imbau Mahasiswa Tidak Silau Peradaban Luar

SALATIGA-Rektor IAIN Salatiga, Prof. Dr. Zakiyuddin Baidhawy, M. Ag mengimbau mahasiswa tidak silau dengan peradaban dari luar. Hal tersebut disampaikan dalam pembukaan Seminar Nasional “Dinamika Nilai Kepahlawanan di Era Milenial sebagai Strategi Dakwah dalam Keberagaman” di Auditorium Kampus III IAIN Salatiga, Selasa (5/11/2019).

Pada kesempatan itu, Prof. Zaki menyampaikan bahwa salah satu ciri yang muncul setelah masa kolonialisme adalah gejala imitasi. Sebagai bangsa merdeka seharusnya masyarakat Indonesia tidak terlalu banyak melakukan imitasi apalagi meniru hal-hal yang negatif. Kebanggaan menjadi bangsa Indonesia harus dipupuk tetapi jangan sampai memunculkan chauvinisme.

“Kemajuan teknologi tidak perlu dipandang sebagai ancaman. Meski banyak tantangan, masih ada harapan,” lanjutnya.

Menurut Rektor IAIN kunci untuk bisa bertahan di era kemajuan teknologi saat ini adalah dengan memperbaiki akhlak dalam bermedia sosial. Selain itu, Prof. Zakiyuddin juga menyampaikan bahwa Pancasila yang menjembatani antara budaya dan agama juga merupakan kunci penting dalam menjaga nasionalisme.

Kegiatan yang diselenggarakan oleh Fakultas Dakwah IAIN Salatiga tersebut juga menghadirkan Ketua Pusat Studi Islam dan Kenegaraan-Indoneaia (PSIK), Yudi Latif, Ph. D sebagai pembicara. Dalam uraiannya, Yudi menyampaikan bahwa militansi dalam beragama tidak selalu membawa dampak negatif. Misalnya ketika zaman penjajahan jaringan keagamaan berhasil membangkitkan nasionalisme di Indonesia dengan adanya Revolusi Jihad.

“Militansi agama harus disalurkan untuk melakukan sesuatu yang produktif-inovatif. Jangan sampai militansi agama jadi bahan bakar untuk melakukan hal-hal destruktif seperti pertentangan dan permusuhan,” katanya.
Ia juga berpesan kepada para peserta agar menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta tidak melupakan agama. “Karena iman adalah benteng terakhir sebuah peradaban,” tutupnya.

Dosen Fakultas Dakwah IAIN Salatiga, Kastolani, Ph. D sebagai pembicara terakhir menyampaikan bahwa nasionalisme era milenial harus melampaui perbedaan agama, etnis, dan golongan.

Lebih lanjut, Kastolani mengatakan bahwa aksi nasionalisme pada masa ini bisa dilakukan dengan cara menolak tersebarnya berita bohong/hoaks dan membudayakan diskusi produktif. Acara yang dihadiri ratusan peserta itu ditutup dengan sesi tanya-jawab.

 

 

Penulis : Lala
Editor : Ilman
Sumber : Fakultas Dakwah