Rektor; Pendekatan Religius dasar Revolusi Mental

Komando Resor Militer (Korem) 073/Makutarama Salatiga adakan Komunikasi Sosial (KOMSOS) dengan aparat pemerintah. Komunikasi sosial tersebut berlangsung di Aula Makorem 073/Makutarama dihadiri oleh Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (FORKOPIMDA) di wilayah Korem 073/Makutarama, Rabu (19/04) kemarin.  

Komsos tahun ini mengangkat tema “Kita Bangun Masyarakat yang Berkarakter dan Berwawasan Kebangsaan”. Sebagai pembicara dalam Komsos tahun ini salah satunya adalah Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Sedangkan, materi yang disampaikan Rektor IAIN Salatiga Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. yakni “Revolusi Mental Bagi Generasi Bangsa (Sebuah Tawaran Pendekatan Religius)”.

Tujuan acara ini adalah memilihara dan mempererat kebersamaan serta kekeluarga yang selama ini berjalan dengan baik. Berkaitan dengan hal tersebut, pimpinan TNI sudah membuat teritorial yang aplikatif di masyarakat dalam mendukung pembangunan daerah. Tidak hanya itu, kondisi saat ini dihadapakan pada ancaman menurunnya mental para generasi bangsa.

Menurut Rektor IAIN Salatiga dalam menyampaikan materi mengatakan, revolusi mental mengubah cara pandang, pikiran, sikap, perilaku yang berorientasi pada kemajuan dan kemodernan. Sehingga Indonesia menjadi bangsa besar dan mampu berkompetisi dengan bangsa‐bangsa lain di dunia. Dalam revolusi mental terdapat tiga masalah pokok baru-baru ini. Tiga masalah pokok tersebut yaitu, 1) merosotnya wibawa negara, 2) lemahnya sendi perekonomian bangsa, dan 3) intoleransi dan krisis kepribadian bangsa.  

“Penyebab dari tiga masalah tersebut yakni krisis nilai dan karakter, krisis pemerintahan, dan krisis relasi sosial,” imbuh beliau.

Rektor IAIN Salatiga juga mengatakan, bahwa rasa bersyukur mempunyai  keajaiban besar dalam revolusi mental. Seperti, dalam Al-Qur’an disebutkan: Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan. “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni’mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni’mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih” (QS: Ibrahim:7).

Rektor menambahkan, dalam upaya melakukan revolusi mental bagi perbaikan karakter dan kemajuan bangsa, perlu ditempuh berbagai pendekatan, salah satunya melalui pendekatan keagamaan. Untuk terjadinya revolusi mental, harus ditempuh melalui perubahan paradigma. Dalam tinjauan agama-agama, barangkali “ketidakberkahan” kehidupan berbangsa kita saat ini, salah satu penyebabnya adalah kita tidak pandai bersyukur atas segala karunia yang telah diterima bangsa ini. Bila diyakini demikian, sikap kesyukuran (yang tulus murni), perlu diupayakan sebagai sebuah tawaran dalam mewujudkan revolusi mental. Bersyukur (berterima kasih) secara empirik berpengaruh kuat terhadap kepribadian, emosi, kesehatan, sosial, karir/etos kerja dan berujung pada kebahagiaan.

“Syukur  bukan berarti pasif, pasrah dan menerima keadaan. Tapi dengan landasan syukur, semua akan bekerja keras memanfaatkan segala potensi dan peluang yang ada, dengan penuh kejujuran, berusaha memberikan yang terbaik,” ujar Rektor IAIN Salatiga.