Tere Liye; Menulis Itu Seperti Halnya Memasak

Bagi Tere Liye, menulis itu seperti halnya memasak, tidak perlu melihat resep masakan namun memasak seperti Ibu. Hal tersebut disampiakna penulis best seller dihadapan 250 peserta pada acara Talk Show di Audotorium Kampus I, Minggu (24/09) kemarin.

Talk Show dengan tema “Bercinta Dengan Sastra” dibuka langsung oleh Rektor IAIN Salatiga, Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. Dalam sambutannya Rektor mengucapkan terimaksih kepada Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Dinamika, telah menghadirkan penulis best seller. “Dengan hadirnya Tere Liye ini diharapkan para mahasiswa, khususnya mahasiswa IAIN Salatiga bisa mengikuti jejak menjadi penulis hebat dan saya juga sebagai penggemar bang Tere Liye,” kata Rektor.

Sementara Liye saat memberikan paparan dihadapan peserta mengatakan apapun bahannya masakan itu pasti bisa dinikmati. Artinya, ketika menulis apapun pokok pikirannya jika digarap serius dan dengan sepenuh hati pasti tulisan itu dapat dinikmati oleh pembaca. Ia juga mengungkapkan bagaimana sakit hatinya ketika mengirim naskah namun ditolak. Meski ia penulis besar namun sebelum naskahnya diterbitkan oleh Republika dan Gramedia ia sempat di tolak oleh beberapa penerbit.

“Ide seorang penulis bisa berasal darimana saja, bisa dimulai dari kehidupan sehari-hari, pengalaman pribadi, atau bahkan pengalaman keluarga sendiri. Tetapi jangan lupa bahwa ide tersebut juga bisa diperdalam dengan riset dan jangan ide tersebut jangan dibuang begitu saja, karena siapa tahu bisa digunakan untuk membuat karya sastra lanjutan” ujar penulis novel Bintang.

Karya Liye yang menjadi daya tarik tersendiri bagi peserta adalah novel “Bintang”. Novel “Bintang” sendiri mempunyai tiga fakta menarik didalamnya. Fakta pertama tentang kehidupan yang berbeda dimensi, kedua pesan moral, dan ketiga belum berakhir. Fakta ketiga dari novel tersebut menunjukan bahwa Liye akan segera membuat buku lanjutan dar novel sebelumnya.  

Hadirnya Tere Liye di kampus memberikan pengalaman dan mengajarkan penulis-penulis pemula dalam membuat karya sastra. Ia memberikan berbagai tips untuk peserta bagaimana cara menulis karya sastra yang baik. Pada sesi tanya jawab antusiasme para peserta begitu besar, hal itu dilihat ketika moderator M Rabbani Hasan melontarkan kesempatan untuk bertanya.

“Kalau bertanya dengan saya mengenai bagaimana bisa menulis dengan baik maka saya akan menjawab latihan. Tulis 1000 kata perhari. Selama 180 hari nonstop. Ciri-ciri penulis yang baik adalah penulis yang menulis setiap hari,” ungkapnya ketika salah seorang peserta bertanya.

Latihan, itulah hal yang sering disebut oleh Tere Liye. Dalam proses menuju penulis terkenal, ia mengatakan bahwa latihan perlu ditingkatkan supaya tidak berhenti ditengah jalan. Terkadang menulis itu mudah namun seringkali menulis itu sulit.

“Saya pernah merasakan betapa sakitnya ditolak oleh penerbit, dan meski sudah bertahun-tahun lamanya namun masih saya ingat. Ketika tahun berlalu, mereka meminta kembali naskah kepada saya dengan iming-iming uang yang lebih besar. Namun, saya tidak pernah menerima hal-hal yang semacam itu. Sakitnya itu disini,” terangnya diiringi tepuk tangan dan gelak tawa peserta. (Ida Fadilah/LPM Dinamika)