ICONIS 2019 Sukses diikuti 58 Peneliti

SALATIGA – International Conference on Islam and Muslim Societies (ICONIS) 2019 yang digelar program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga sukses diikuti sebanyak 58 peneliti dari dalam negeri dan sejumlah negara lain mengikuti, di Laras Asri Spa dan Resort, Selasa (6/8/2019).

Konferensi berskala internasional ini merupakan agenda rutin setiap tahun dengan mengangkat tema-tema khusus seputar wacana keislaman.

Rektor IAIN Salatiga Prof. Dr. Zakiyuddin Baidhawy, M.Ag. mengatakan, tujuan ICONIS adalah menjaring sebanyak mungkin peneliti dan pengamat seputar isu perkembangan islam serta masyarakat muslim yang tidak hanya terjadi di Indonesia melainkan Asia Tenggara bahkan dunia.

“Acara ini terbuka untuk semua peneliti dari berbagai perguruan tinggi di dunia serta pengamat khususnya mengenai isu keislaman sekarang,” katanya.

Hanya, kata Prof. Zakiyuddin, peserta harus memenuhi syarat tertentu dengan mengirimkan karya ilmiah sesuai tema yang diangkat tahun ini yakni Civil Islam Indonesia : Moderat, Konservatif, dan Populis.

“Isu lain yang dibahas seperti terorisme, radikalisme termasuk topik yang dibahas. Namun para peneliti diharapkan memberikan gagasan lain tentang islam dengan pendekatan positif melalui moderatisme islam,” ujarnya.

Menurut dia, forum ini juga untuk menggali Islam yang ramah, melalui kajian ilmiah temuan lapangan atau literatur sebagai penyeimbang wacana negatif yang dibangun kelompok tertentu terkait Islam. “Sehingga, kami mengedepankan agar moderasi Islam menjadi model beragama di dunia internasional kedepan,” paparnya.

Lebih jauh dia mengatakan, menguatnya populisme islam di Indonesia telah terlebih dulu terjadi pada negara-negara di Eropa, Belanda dan Perancis. Kalau ditelisik lebih jauh bentuk populisme sendiri terdapat dua macam yaitu populisme Islam (agama) dan politik yang berefek pada munculnya islamofiba dan dikhawatirkan membawa masyarakat kepada islam yang terlalu ekstrim baik kanan maupun kiri.

“Pada kesempatan kali ini seluruh peneliti yang terlibat mencoba menawarkan jalan tengah melalui gagasan moderisme agar seorang itu memiliki cara pandang beragam tentang islam. Untuk itu, gagasan moderatisme penting kami suguhkan melalui tulisan yang diterbitkan pada jurnal internasional,” tandasnya.

Sementara itu, Ketua Panitia Iconis Pascasarjana IAIN Salatiga 2019, Noor Malihah menambahkan, sejak dibuka pendaftaran pada Maret lalu peneliti yang turut serta mengirimkan karya ilmiah berjumlah 149 orang. Kemudian dilakukan seleksi bersama pihak luar tersisa 79 naskah sesuai dengan tema yang diangkat.

“Namun karena berbagai kendala, hannya 58 peserta lolos yang mengikuti Iconis 2019 dan telah melengkapi naskah sesuai ketetapan maksimal pada 21 Juni lalu. Sejauh ini peserta terbanyak berasal dari tiga negara yakni Indonesia, Malaysia, dan Singapura,” ujarnya

Dia menjelaskan, setiap peserta diwajibkan menjelaskan karya masing-masing secara terbuka kepada semua peserta maupun pada sesi kelompok karya yang memiliki kedekatan tema yang diajukan dalam kajian masing-masing.

“Dalam proses seleksi naskah sebelumnya menggunakan metode blind review di mana antara penyeleksi dengan identitas pengirim naskah disembunyikan tujuannya agar tidak terjadi kecurigaan ketidakjujuran penyelenggara.”

“Pada pelaksanaan Iconis secara teknis peserta dibagi menjadi beberapa kelas, ada kelas kecil dan besar. Mereka nanti secara bergantian melakukan presentasi yang disaksikan langsung oleh tim penilai. Hasil akhirnya akan diambil sebanyak 12 naskah terbaik bakal dimuat pada jurnal Ijims IAIN dengan peringkat Q1 atau jurnal ilmiah terbaik di Indonesia,” pungkasnya.

Salah satu Keynote Speaker, Dr. Mohd Roslan bin Mohd Noor dari University of Malaysia, Malaysia mengungkapkan fenomena Islamofibia dan sebagaimana juga terjadi di negaranya. Ia menyebutkan perkembangan umat Islam secara keseluruhan yang baik dengan penuh keterbukaan dan bersedia menerima perubahan perlu dikemukakan kepada publik.

Menurutnya, perlu ada kompromi antar masyarakat muslim dunia didasarkan permahaman yang benar tentang Islam agar tidak menimbulkan penilain negative. Sehingga, semua pihal merasa keamanan dirinya terjamin dan suatu Negara dapat benar-benar mengalami kemajuan sesuai visi pemerintah masing-masing.

“Satu persoalan sensitif yang menjadi kegelisahan kami adalah citra islam yang tidak dipahami secara betul. Ada salah paham, sehingga perlu kajian lebih jauh tentang moderatisme ini. Bahwa islam dapat memayungi agama lain, bukan sebaliknya seperti peristiwa di Timur Tengah,” sebutnya.

Mohd Rosian menegaskan sesuai sejarah hubungan antar agama baik islam menjadi bagian dari yang minoritas atau mayoritas tidak pernah menjadi masalah. Hanya saja belakangan muncul wacana lain dan menimbulkan islamofobia. Sehingga, kata dia perlu fenomena tersebut dilurukan melalui kajian ilmiah yang terukur. IAINSalatiga-#AKSI (hms/zi)