Mahasiswa Peraih IPK Tertinggi: Berprestasi Melejit dan Berjiwa Sosial Tinggi

SALATIGA – Mahasiswa berprestasi banyak dan sangat mudah ditemukan, tetapi hanya sedikit dari mahasiswa-mahasiswa berprestasi tersebut yang juga memiliki jiwa sosial. Salah satu dari sedikit mahasiswa berprestasi yang memiliki jiwa sosial tersebut adalah Wildan Nur Hidayat, wisudawan peraih IPK tertinggi (3,95) pada wisuda ke-10 IAIN Salatiga.

Kegiatan sosial yang dikerjakan oleh putra pasangan (Alm) Abdul Majid, S.Pd dan Iyas Karmayas tersebut sama banyaknya dengan prestasi yang ia raih. “Saya biasa mengajar ibu-ibu di sekitar rumah mengaji. Terkadang juga mengajar anak-anak. Sesekali berbagi ilmu dan pengalaman bersama teman-teman mahasiswa,” jawabnya ketika ditanya soal kegiatan yang dilakukan selain kuliah. Wildan adalah founder Al-Birr, sebuah wadah pelatihan bahasa Inggris dan hafalan Al-quran untuk anak-anak sekolah.

Pemilik skor TOEFL (Test Of English as Foreign Languange) 520 itu senang membantu teman-teman mahasiswa belajar bahasa Inggris, terutama pada aspek berbicara (speaking) dan mendengar (listening).

Selain itu ia juga membuka kelas penulisan untuk teman-temannya. Ketika ditanya apa alasannya membuka kelas penulisan, Wildan menceritakan pengalamannya saat menjadi juri sebuah perlombaan menulis, “Pesertanya sedikit, saya jadi miris,” kata anak keempat dari lima bersaudara tersebut.

Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa tingkat baca masyarakat Indonesia, khususnya para mahasiswa sebenarnya tidak rendah. Hanya saja kualitas bacaannya perlu ditingkatkan, karena sejatinya kualitas bacaan akan memengaruhi kualitas tulisan yang dihasilkan.

Mahasiswa yang menjadi liaison officer program Talent Scouting tersebut juga aktif berbagi info tentang pelatihan, beasiswa, serta pertukaran pelajar bagi mahasiswa S1 sampai S2 lewat program Go Change dan Master Club. Semua kegiatan berbagi ilmu dan pengalaman tersebut Wildan jalankan dengan cuma-cuma.

Tidak hanya fokus di bidang pendidikan, Wildan juga mengikuti Dewan Masjid Indonesia (DMI) Tim Masjid Bersih dan Sehat Kota Salatiga. “Memastikan tempat ibadah umat Islam adalah hal yang penting. Setiap Sabtu saya dan tim dari DMI berkeliling Salatiga untuk menggerakkan masyarakat menjaga kebersihan dan kesucian masjid di sekitarnya,” jelasnya.

Selain memupuk jiwa sosial, pemuda yang ingin menjadi profesor di bidang Islamic Studies tersebut mengembangkan diri dengan mengikuti berbagai kegiatan. Wildan aktif mengikuti berbagai perlombaan menulis dan berbagai program pengembangan diri. Tulisannya yang berjudul “Generasi Milenial Islam Wasathiyah” berhasil masuk jurnal Nasional At-Tahdzib IAIN Purwokerto Vol. 7 No. 1. Tulisan lainnya yang berjudul “Generasi Pancasila dan Islam Rahmatan lil Alamin” masuk dalam Antologi Essai LYC 2018.

Selain menulis di berbagai jurnal, mahasiswa yang menulis skripsi berjudul “Eksistensi Masjid di Kompleks Hiburan Malam” tersebut juga menulis artikel di surat kabar. Tulisannya yang berjudul “Generasi Pemuda Milenial Pancasila” dimuat di harian nasional Republika sedangkan tulisan berjudul “Generasi Pancasila dan Rahmatan lil’alamin” dimuat di harian Tribun Jateng.

Sedangkan program pengembangan diri yang pernah diikuti Wildan antara lain adalah Lombok Youth Camp 2018 dan Wosfes Islamic Path di Tokyo pada 2018. “Paling berkesan ketika di Lombok. Di program itu saya dapat Best Participant,” ujarnya mengenang program yang diselenggarakan oleh Nusa Tenggara Center bekerja sama dengan PPIM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan United Nations Development Program (UNDP).

Berbagai penelitian juga dilakukan oleh pemuda kelahiran Tasikmalaya, 5 November 1996 tersebut, diantaranya adalah penelitian kompetitif “Strategi Penanaman Nilai Agama Islam Orang Tua pada Anak (Studi Kasus Kompleks Hiburan Malam Sembir, Desa Sarirejo, Kecamatan Sidorejo, Salatiga)” pada 2017 dan penelitian kompetitif “Stategi Pendidikan Kerohanian Islam (Studi Kasus Orang Tua Eks Narapidana Rutan Kelas IIB Kota Salatiga)” pada 2018.

Sibuk dengan berbagai kegiatan, Wildan tetap menekuni hobinya bermain catur. Ia mulai menyukai permainan catur sejak kecil, tepatnya sejak usia lima tahun. Sejak saat itulah keahliannya bermain catur makin terasah. Hobi bermain catur itu mengantarkannya memenangi juara 1 cabor catur pada PORS Mahasiswa 2017 dan juara III cabor catur paada POM UKSW 2018.

Wildan mengaku masih banyak hal yang harus ia capai dan ia coba, “Perjalanan saya masih panjang. Kalau dipersenkan mungkin baru 20%. Kesempatan itu datangnya berkali-kali, tidak hanya sekali.

Hanya saja kesempatan datang dalam bentuk lain, di lain tempat, di lain waktu. “Belajar dan berdoa itu kewajiban, semua harus mengerjakan yang itu. Tapi jika punya keinginan dan mimpi, tidak salah untuk menulisnya. Tulis saja semua mimpi dan keinginan, dari yang kecil dan sepele sampai yang paling besar,” katanya ketika ditanya tips meraih kesuksesan.

 

 

Penulis : Lala
Editor : Elfikri
Sumber : Wildan Nurhidayat