MENANG TANPA NGASORAKE

Ada empat filosofi kehidupan orang Jawa yang sangat terkenal
Yaitu “Sugih tanpa bandha, 
Digdaya tanpa aji, 
Nglurug tanpa bala, dan 
Menang tanpa ngasorake”
Yang terakhir ini merupakan koridor
Dalam pola relasi dan penyelesaian konflik antarpribadi atau kelompok
Orang boleh (tidak harus) menang
Asal tidak dengan menjadikan pihak lain merasa direndahkan
Karena kemenangan dengan merendahkan lawan hakikatnya tidak berarti
Pertama, persaudaraan menjadi bubar. 
Padahal, kita diperintahkan menjaga persaudaraan dan menjalin silaturrahim (hubungan kasih sayang). Bila perlu harus bisa menghapus kesalahan untuk memelihara persaudaraan, bukan sebaliknya menghapus persaudaraan hanya karena satu kesalahan.
Kedua, pasti akan kehilangan kawan dan melahirkan musuh
Orang yang merasa direndahkan, pasti akan selalu mencari kesempatan untuk bisa membalas kekalahannya. 
Hal ini tentu tidak membuat tenteram, karena kawan seribu terlalu sedikit, musuh satu terlalu banyak.
Ketiga, kemenangan dengan merendahkan lawan tidak akan membawa kemuliaan
Tidak akan ada orang yang hormat kepada kita karena kemenangan itu
Karena nasihatnya adalah “Wani ngalah luhur wekasane” 
Berani mengalah (bukan kalah) akan mulia akhirnya

Hidup ini sangat singkat
Dan kita tak bisa hidup tanpa orang lain di sekitar kita
Akan sangat rugi bila harus memendam rasa tak suka
Apa lagi sampai menanam bibit permusuhan
Pasti kita tidak akan menuai kedamaian
Dan jauh dari rahmat-Nya

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. 
Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat (Q.S. Al-Hujurat (49): 10)