WORKSHOP PENELITIAN KEAGAMAAN BAGI DOSEN

Pendekatan Kuantitatif dalam Penelitian Agama

Untuk lingkungan PTAI, penelitian yang paling sering digunakan adalah metode kualitatif. Metode kuantitatif sendiri masih jarang digunakan. Metode kuantitatif seringkali menjadi momok bagi sebagian orang yang kurang paham dengan rumus statistik yang banyak dan rumit. Padahal menurut Prof. Dr. Ibnu Hadjar, M. Ed, pemateri pendekatan kuantitatif dalam penelitia agama dan Guru Besar IAIN Wali Songo ini, penelitian kuantitatif yang penting ada pada analisis hasil statistik.  Masih menurut beliau, hasil penelitian dipercaya dengan menilai metode yang digunakan dalam penelitian tersebut. Selain itu, ‘makna’ penelitian menjadi signifikansi atau arti penting penelitian itu sendiri ditentukan oleh nalar yang digunakan.

Sedangkan penelitian kualitatif  bertujuan untuk memahami suatu konteks secara mendalam. Menurut Prof. Dr. Muhadjirin Tohir, penelitian kualitatif tidak oleh menunjukan simpati atau antipatipada suatu penelitian, tetapi empatinya yang diperlukan untuk memahami suatu konteks. Beliau menjelaskan tentnag emic perspective, ethic perspective, realitas alami, dan realitas social.

Acara Workshop Penelitian Keagamaan bagi dosen STAIN Salatiga diselenggarakan oleh P3M di Taman Eden, Kaliurang, Yogyakarta pada 1-2 November 2011. Acara ini diikuti oleh 24 orang dosen STAIN Salatiga. Harapannya dengan acara workshop penelitian ini akan menambah wawasan dan pengetahuan dosen pada metode penelitian kuantitatif yang masih kurang digunakan di STAIN Salatiga. 

Pada hari kedua, Workshop yang digagas oleh P3M ini di isi dengan materi seputar isu-isu yang menarik dalam penelitian keagamaan oleh Drs. Arifudin Ismail, M.Pd , Kepala Balai Litbang Keagamaan Semarang. Ia menjelaskan bahwa pada dasarnya, penelitian keagamaan oleh kemenag bertujuan untuk menggali kehidupan keagamaan masyarakat yang hasilnya bias digunakan oleh stakeholder. Di antaranya mengenai radikalisme dan fundamentalisme yang ada di tengah masyarakat yang nantinya dari hasil penelitian ini bias diketahui arah kebijakan pembangunan keagamaan di Indonesia ke depan.

Beliau juga menyampaikan bahwa STAIN Salatiga sudah seharusnya memang menjadi mitra strategis Balai Litbang Semarang dalam penelitian keagamaan yang ada di Indonesia. Dan untuk ini, ia akan terus melakukan komunikasi guna kerjasama lebih lanjut dengan P3M STAIN Salatiga, karena selama ini dalam penilitan keagamaan, pihaknya selalu melibatkan kalangan dosen dan peneliti intern Balai Litbang sendiri.

Sementara di akhir acara, sebagai sambutan dari pihak pimpinan STAIN, hadir Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. beliau meminta agar ada kontribusi optimal dari para peserta setelah mengikuti acara ini. Even seperti ini sangat bermanfaat untuk meningkatkan daya semangat penelitian di kalangan dosen sebagai ruh dari keilmuan. Dan diharapkan, tahun depan sudah ada pengajuan proposal secara serentak dari para dosen, baik untuk kegiatan intern STAIN melalui P3M, maupun ke wilayah yang lebih luas.
(Hh)