Semiloka FPPTI Jawa Tengah

Perpustakaan bukan sekadar perpustakaan saja, tetapi perpustakaan hendaknya sebagai pusat pengembangan lembaga. Pengembangan tersebut dapat melalui pustakawan, pembaruan perpustakaan, serta kenyamanan para pengunjung ketika berada di perpustakaan. Tentunya, hal tersebut tidak bisa berjalan sendiri tanpa adanya kerjasama dengan pihak lain, seperti kerja sama dengan  Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia (FPPTI).

Hal itu disampaikan Wiji Suwarno selaku Kepala Unit Pelaksana Teknik Perpustakaan IAIN Salatiga dan Ketua FPPTI Jawa Tengah 2017-2020, yang baru saja dilantik sekaligus acara Semiloka “Institution Visibility Based on Open Journal System and Online Academic Writing Skill”, Kamis (18/05) di Perpustakaan Kampus 3 IAIN Salatiga. Acara tersebut dibuka oleh Rektor IAIN Salatiga serta dihadiri oleh Ketua Umum FPPTI Imam Budi Setyawan, Endang Fatmawati (Undip) dan Yoris Adi Maretta (Unnes) selaku pemateri, 51 Perguruan Tinggi anggota FPPTI, dan pengelola perpustakaan sekolah di Kota Salatiga.

Sedangkan ketua FPPTI dalam sambutannya menyampaikan, dengan terpilihnya ketua dan kepengurusan FPPTI masa bakti 2017-2020 yang dipimpin oleh Wiji Suwarno diharapkan mampu bersinergi dengan propgram FPPTI pusat. Dengan 14 FPPTI diseluruh Indonesia termasuk Jawa Tengah, nantinya akan menjalankan serta mengembangkan perpustakaan dalam mewujudkan literasi.

“Semiloka berkat kerja sama IAIN Salatiga dengan FPPTI diharapkan mampu mengembangkan lembaga dan perpustakaan, khususnya di Jawa Tengah,” tukas Ketua FPPTI.

Rektor IAIN Salatiga Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. saat memberikan keynote speaker dalam acara tersebut mengatakan, terpilihnya Kepala UPT Perpustakaan IAIN Salatiga sebagai Ketua FPPTI Jawa Tengah menjadi motivasi tersendiri dalam mengembangkan perpustakaan di IAIN Salatiga maupun di perguruan tinggi lain. Rektor IAIN Salatiga juga menambahkan, saya mendukung dengan moto dari FPPTI yaitu berjejaring, saling berbagi dan saling peduli.

“Kita semua ditakdirakan pada posisi yang sama sebagai pustakawan, dan kita mendapatkan hal yang baik dengan berbagi serta peduli, karena hakekatnya kita mempunyai kekurangan dan kelebihan masing-masing, dengan itulah kita dapat berbagi dan peduli untuk maju dan berkembang sama-sama,” ujarnya.

Lebih lanjut Rektor IAIN Salatiga menambahkan, kebaikan perpustakaan sekarang ini bukan diukur dari bangunan yang megah, rak buku yang banyak, atau pengunjung yang berjumbel. Maka kedepan gedung tidak begitu penting, tetapi bagaimana isi dari perpustakaan serta layanan perpustakaan itu. Menyambut hal itu, seorang pustakawan saya kira tentu tidak bisa berhenti bergerak. Dengan era teknologi pustakawan juga akan dituntut untuk mampu menjadi peneliti sebagai wujud literasi informasi bagi sivitas akademik.

Selain itu, salah satu pemateri dalam Semiloka tersebut yakni Endang Fatmawati dalam paparan materi dengan judul “Writing Kompetensi dan Publikasi Menuju Visibilitas Lembaga” mengatakan, ironis dan mencengangkan Indonesia menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat baca. Hal tersebut berdasarkan studi “Most Littered Nation In the World” oleh Central Connecticut State University (Maret 2016). Itu artinya, minat baca masyarakat Indonesia terendah kedua di dunia karena hanya sebesar 0,001%. Dalam hal lain terkait buku Indonesia dalam angka masih rendah, jumlah anggota IKAPI 1.328. Penyebaran buku diwilayah DKI Jakarta 38%, Jawa (Non Jakarta) 52%, dan Non Jawa 10%. 

Menurut Endang, menulis bagi setiap orang memiliki motif yang berbeda, ika sama mungkin karena ada kepentingan atau aktor dibaliknya yang menggerakan. Begitu juga dengan pustakawan, hendaknya dapat memiliki karya tulis. Apalagi dengan era teknologi sekarang ini, sebagai pustakawan tidak perlu takut menulis dan bingung publikasinya.

“Asal memiliki ideolosi menulis dengan akses publikasi yang memadai, maka seorang pustakawan harus mempunyai kompetensi untuk menulis yang tentunya akan mendukung visibilitas lembaganya,” pungkasnya.