BEKERJA DENGAN PERASAAN

Ada banyak tukang cukur yang pernah saya datangi untuk meminta jasanya memotong rambut namun hanya satu yang membuat saya ingin selalu potong rambut di situ. Kalau ditanya mengapa tukang cukur yang itu…Jawab saya adalah “Ia bekerja memotong rambut dengan perasaan”.
Tukang cukur itu, bukan hanya memotong rambut jadi pendek. Pertama pelanggan datang ia tanyakan seperti apa yang diinginkan. Selanjutnya, ia akan selalu mengingat selera setiap pelanggan. Tidak pernah bertanya lagi, namun hasilnya memuaskan. Ia sesuaikan potongan dengan bentuk wajahnya. Ia memantaskan potongan sesuai usia, status dan pekerjaan pelanggan. Ia menjiwai setiap gerakan gunting yang ia lakukan. Ia mengamati hasil potongan berulang-ulang, dan memperbaiki bila diperlukan. Baru kemudian menyatakan selesai pekerjaannya sepanjang waktu mencukur itu, ia mengajak bicara pelanggannya dengan topik dan gaya bicara menyesuaikan status dan profesi pelanggan. Hasilnya…setiap hari sejak pagi sampai malam ia tak kehabisan pelanggan.
Kalau saja…semua orang bekerja dengan perasaan tentu hasilnya akan memuaskan yang dilayani. Mulai dari tukang sapu, sopir, satpam, tukang taman, tenaga administrasi sampai pada puncuk pimpinan di suatu instansi juga pada setiap profesi dan pekerjaan: perawat, dokter, guru, pedagang, dsb. Tak perlu lagi training tentang pelayanan prima karena sejatinya dengan perasaan hampir setiap orang itu mengetahui bagaimana cara membuat orang senang dan puas, bagaimana caranya agar orang itu tidak kecewa.
Persoalannya seringkali bukan karena tidak mampu… Tetapi kebanyakan tidak mau, bahkan ada yang tidak mahu tahu. Mereka yang bekerja tidak dengan perasaan. Tak kan pernah merasakan kebahagiaan dalam pekerjaan. Tak kan pernah melihat wajah yang sumringah karena merasa telah “diuwongke” dan diperhatikan. Dan tak kan pernah mendapatkan balasan berupa doa untuk kebaikan hidupnya.
Wallaahu a’lam
Selamat hari Senin…
Mari bekerja dengan perasaan agar mendapat keberkahan dan kebahagiaan.. Aamiin.