Guru Bahasa Inggris Meraih IPK Tertinggi

Mahir menjadi bahasa Inggris tentunya menjadi impian bagi pejalar. Tidaklah mudah bagi pejalar di Indonesia untuk belajar atau mahir dalam berbahasa Inggris. Namun, hal tersebut ditampik oleh Danang Sigit Widianto yang merupakan peraih IPK cumlaude 3,91 ini.

Danang Sigit Widianto yang lahir 1993 di Pati, Jawa Tengah merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Orang tua Danang (sapaan akrabnya) adalah seorang perangkat desa.

Berada dikeluarga yang sederhana tidak membuat Danang putus asa. Sejak berada di bangku Sekolah Dasar (SD) Danang sudah menyukai ilmu kebahasaan. Pada jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA), Danang melanjutkan di Madrasah Aliyah (MA) Matholi’ul Falah, Kajen, Pati dibawah asuhan Dr. K.H. Muhammad Ahmad Sahal Mahfudz (Ketua MUI 2000-2014).

Kecintaannya pada bahasa Inggris, membuat Danang setelah lulus MA memilih untuk memperdalam kemampuan bahasa Inggris & bahasa Arab di Kampung Inggris Pare, Kediri pada tahun 2011. Kemudian pada pertengahan tahun 2012 guna mengasah kemahiran bahasanya serta praktek di lingkup sekolah, Danangmenjalani Class Outdoor Training selama 1 bulan di Tulung Agung, Jawa Timur.

“Sejak berada dibangku Madrasah Aliyah (MA) saya sudah senang dengan kajian ilmu bahasa baik Inggris maupun Arab, kemudian setelah lulus MA dan sebelum melanjutkan ke perguruan tinggi, sayameluangkan waktu untuk memperdalam bahasa Inggris dan Arab di Kampung Inggris Pare, Kediri,” ujarnya saat diwawancarai.

Kemudian di akhir tahun 2012 memutuskan hijrah ke Kota Salatiga dan mendedikasikan ilmu bahasanya pada sebuah yayasan pendidikan SMPIT Nurul Islam Tengaran, Kabupaten Semarang. Selang waktu 1 tahun tepatnya dipertengahan tahun 2013, Danangbaru melanjutkan pendidikannya di Kampus Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga dengan mengambil fokus studi Bahasa Inggris.

“Bisa dikatakan saya sudah mengabdi di yayasan tersebut sebelum saya masuk kejenjang kuliah di IAIN Salatiga. Alhamdulillah sudah berbekal pengalaman di dunia pendidikan. Selain itu saya juga aktif mengajar di bimbel luar untuk mengisi waktu senggang,” terang anak perangkat desa Bulumulyo, Kecamatan Batangan, Kabupaten Pati.

Selama menjadi mahasiswa, Danang aktif pula di beberapa organisasi intra kampus seperti CEC (Communicative English Club) menjabat sebagai Sie. Education dan Lembaga Dakwah Kampus (LDK). Tahun 2014 pernah menjadi ketua program EFC (English Friendship Camp) yang dilaksanakan di Candi Gedong Songo, Bandungan. Selain organisasi intra, Danang juga aktif di extra kampus, salah satunya mengikuti komunitas GREAT (Gerakan Kerelawanan Internasional) menjadi voluenteer (relawan) dengan pihak relawan asing yang berasal dari berbagai negara dan berfokus pada kegiatan di ranah pendidikan, lingkungan, maupun cagar alam.

“Semasa kuliah saya pernah mengikuti lomba Debate Inggris (English British Parliamentary Style) tingkat Nasional di Palu, Sulawesi Tengah sebagai perwakilan IAIN Salatiga. Dan sekarang ini saya menjadi Debate Trainer bagi mahasiswa junior guna persiapan lomba CEC Festival (CF) di IAIN Salatiga maupun lomba debate di kampus luar lainnya. Selain itu juga, Alhamdulillah sekarang ini saya diamanahi menjadi asisten dosen untuk mengajar materi perkuliahan di semester 1,” tukasnya.

Danang sendiri mempunyai cita-cita Ingin melanjutkan studi kejenjang yang lebih tinggi dengan program Master of English Education atau bidang Linguistics berbekal beasiswa yang ia harapkan. Selain itu, ia juga berkeinginan menjadi dosen di universitas terkemuka dan merintis sebuah kursusan berbasis bilingual baik bahasa Inggris dan Arab.

Selama kuliah di IAIN Salatiga, Danang merasa ukhuwah yang erat masih terjaga antara teman mahasiswa dan para dosen kampus. “Semoga kedepannya hubungan silaturahim antar dosen dan mahasiswa tetap terjaga meskipun status kita sebagai mahasiswa sudah menjadi alumni, dan jangan lupa kita senantiasa medo’akan kepada guru, ustadz, dosen, maupun orang yang telah berjasa mendidik dan mengajarkan ilmu kepadakita,” ujarnya. (zid/humas)