BERKURBAN UNTUK MEMPERBARUI KARAKTER BANGSA

 

Hadirin kaum Muslimin jamaah `Idul Adha yang dimuliakan Allah swt.

Hari ini adalah saat yang sangat diagungkan umat Islam di seluruh penjuru dunia

Orang menyebutnya dengan `Idul Qurban  atau `Idul Adha

Hari di mana terdapat dua peristiwa yang selalu dijunjung tinggi umat Islam semua

Ibadah haji bagi mereka yang kuasa

dan ibadah kurban dengan sembelihan besar lagi selaksa

Sudah seyogyanya kita menyambut datangnya `Idul Adha

dengan kalbu tawadhu’ di hadapan Allah subhanah wa ta`ala

beriring suara dzikir takbir, tahlil dan tahmid yang bergema

terus berkumandang hingga hari tasyrik paripurna.

 

Sudah sepatutnya `Idul Adha diselami dengan renungan jernih lagi bersahaja

yang membawa pikiran kita pada keteladanan Ibrahim as yang berwibawa.

Sudah seharusnya pula `Idul Adha ini dihayati dengan jiwa suci lagi tak ternoda

yang menghantarkan kita pada  ketulusan pergorbanan atas Ismail as sang putera.

 

Merayakan `Idul Adha setiap tahun bukan menjadikannya rutinitas ritual tanpa makna

Mengulangnya setiap 10 Dzulhijjah bukan membuatnya sekadar urusan unta dan domba Menapakinya setiap bulan Besar bukan membawanya pada nostalgia haji belaka

Namun `Idul `Adha merupakan napak tilas rekam jejak hamba-hamba Allah yang mulia pribadi-pribadi berkarakter utama.

 

Ibrahim adalah ayah teladan yang penuh kasih sayang dan hidup sederhana

Seabad hidupnya penuh daya juang melawan penguasa tiran Namrud yang tunarasa

menentang kebodohan umatnya yang tunasusila

terlunta-lunta mengembara dari Mesopotamia

karena terusir oleh raja adikuasa

bersimpang jalan dari orang tuanya sang maestro berhala

terdampar di Mesir hingga akhirnya  bersandar di padang tandus penuh dahaga.

 

Di puncak kenabiannya, Ibrahim adalah manusia biasa, menjadi renta dan tak berputera    Dengan penuh asa, teriring doa kepada Yang Maha Kuasa

Rabbi habli min al-sholihin, anugerah putera yang didamba membuatnya bahagia

Meski akhirnya, dengan rela dan rasa cinta kepada Allah Ta`ala

kinasih putera utama diminta kembali oleh Yang Empunya

Itulah Qurban sebagai wujud taqwa hamba kepada Sang Maharaja.

 

Hajar adalah wanita setia dan perkasa

Meski hitam kulitnya bak jelaga, kehadirannya laksana tirta penghapus dahaga

Dialah yang memberikan Ibrahim asa dan menghadiahinya putera tercinta

Tatkala Ibrahim dalam kembara di jalan dakwah risalah agama

ia meninggalkan garwa dan puteranya dalam nestapa di tengah gurun sahara

tiada bekal barang dan arta, hanya ikhlas dan ridha di dalam dada

Hajar bersusah payah menjaga sang putera dari segala marabahaya

berlari antara Shafa dan Marwa demi seteguk tirta

karena terik matahari di tengah sahara, hanya fatamorgana yang ia jumpa

Berkat Allah Yang Maha Pencinta, menyembur zamzam yang   luar biasa.

 

Ismail sang putra pertama selalu ditimang dan dipelihara

Baru genap ia dewasa, Allah Ta`ala sudah  memintanya pula

Melalui mimpi pada suatu malam panjang seolah tak bermuara

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَابُنَيَّ اِنِّي اَرَى فِى الْمَنَامِ اَنِّى اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَأَبَتِ افْعَلْ مَاتُؤْمَرُ سَتَجِدُنِيْ اِنْ شَاءَ اللهُ مِنَ الصَّابِرِيْنَ

Maka tatkala anak itu sampai umur berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku Termasuk orang-orang yang sabar” (QS. Al-Shaffat: 102).

 

Perintah  Allah yang sedemikian rupa kepada Ibrahim sang ayahanda

Agar ananda disembelih dan dikurbankan kepada-Nya

Disampaikannya dengan hati sedih dan duka

Tak disangka tak pula dinyana

Ismail sang putera menyambutnya dengan bahagia dan tiada pura-pura

Sembari membesarkan hati sang ayahanda Ismail berdoa

semoga Allah memasukkannya ke dalam golongan hambaNya yang sabar lagi menerima.

 

Sangat nyata bahwa teladan Ibrahim sekeluarga

dengan karakternya yang kuat dan bersahaja

telah menjadi pintu bagi jaminan Allah yang terbuka

telah membawa Makkah al-Mukarromah dan negeri-negeri sekitarnya

menjadi negeri yang aman, tenteram dan sejahtera.

 

Ini berkat kemampuannya membina generasi yang berkarakter Hanifa Muslima

Sudah seyogyanya kita yang selalu memperingati perjalanan Ibrahim dan keluarganya yang tergambar dalam keseluruhan prosesi ibadah Haji dan `Idul Adha

agar mengikuti jejak-jejak mereka yang luhur dan mulia

Apalagi saat ini, di mana bangsa Indonesia terus didera nestapa

Karena keterbelakangan moral dan kelumpuhan spiritual yang luar biasa.

 

Pembangunan memang terus berjalan, namun hanya dinikmati segelintir manusia kaya

Namun berjiwa papa, dan berlaku lebih buruk dari perompak yang tegarasa

karena mereka merampok kekayaan Negara atas nama kekuasaan yang tunanorma

dan dilegitimasi oleh peraturan-peraturan yang mereka cipta.

 

 

الله اكبر الله اكبر الله اكبر الله اكبر  و لله الحمد 

Para Jamaah rahimakumullah

Kini, saatnya kita merenung dan bercermin semua

apakah cita-cita luhur menjadi “Bangsa yang adil, makmur dan sejahtera”

sebagaimana termaktub dalam pembukaan UUD 1945

sudah mendekati realitas yang kasat mata

Karena itu, ada baiknya kita membaca kembali hadis berikut yang penuh makna:

 

الدُّنْيَا بُسْتَانٌ تَزَيَّنَتْ بِخَمْسَةِ أَشْيَاء: عِلْمُ الْعُلَمَاء وَعَدْلُ اْلأُمَرَاء وَأَمَانَةُ التُّجَّار وَعِبَادَةُ الْعَبْد وَ نَصِيْحَةُ الْمُحْتَرِفِيْنَ

 

“Dunia, Negara, atau masyarakat itu ibarat kebun yang indah apabila dihiasi lima pilar yang menopangnya: ilmu ulama, keadilan para pemimpin, amanat para pengusaha, ibadah rakyat, dan kejujuran karyawan dan pegawainya” (dikutip dari Kitab Tafsir al-Naisaburi, bab 31, juz 1, hal. 165).

 

Ulama adalah sebutan terhormat bagi manusia dengan ilmu sedalam samudra

kaum cendekiawan, ilmuwan, para ahli, pakar, dan kaum terpelajar itulah mereka

para  pewaris para Nabi yang utama.

Nabi Muhammad saw. telah membuktikan secara nyata

bahwa dengan ilmu (iqra dan nur) beliau berhasil membina masyarakat durjana

yang asyaddu kufran wa nifaqan (sangat kufur dan nifaq) menjadi masyarakat utama khair ummah bagi umat manusia di alam semesta

Para ulama ibarat pelita yang senantiasa menerangi jalan hidup khalayak manusia

dengan pendekatan ilmiah yang bertuah dan berwibawa.

 

Para pemimpin yang adil adalah mereka yang punya kuasa

Yang dengan kebenaran dan kearifan dapat menempatkan segalanya

pada tempat yang sesuai aturan dan hukum agama, juga hukum positif yang ada

Keadilan ditegakkan karena kecintaannya kepada kebenaran (al-Haqq) yang luar biasa Pada saat yang sama mereka menunjukkan rasa kasih sayang terhadap kaum dhuafa

dan golongan mustadhafin dari banyak kalangan rakyat jelata.

 

Pengusaha dan pedagang yang amanah ialah orang-orang yang terpercaya

memikul tanggung jawab memelihara hubungan baik dengan langganannya

tidak menipu dan merugikan mereka demi profit belaka.

 

Rakyat atau kaum awam yang taat beribadah dan berdoa

ibadah menjadikan mereka hidup dalam ketenangan dan ketentraman jiwa

insya Allah segala sesuatu berjalan dengan lancar dan penuh bahagia

 

Para pegawai dan karyawan yang jujur mengabdi pada Negara

Mereka adalah orang-orang yang lurus, tekun dan disiplin menjalankan tugasnya

serta memberikan pelayanan yang ikhlas dan tulus kepada masyarakat seluruhnya Dengan karakter ini, mereka dapat membangun perasaan satu saudara

persahabatan dan ukhuwah antara pemerintah dengan rakyat jelata.

 

Ma`asyiral Muslimin rahimakumullah

Inilah lima syarat atau pilar bagi berdiri dan tegaknya bangsa dan Negara sejahtera Namun apa mau dikata

Rupanya kita sedang menderita sindrom kelangkaan pilar bangsa yang berakhlak mulia Lima pilar itu kini hampir di tubir jurang yang menganga

karena bangsa ini enggan belajar dari kesalahan-kesalahan yang telah ada

Kita tergoda nafsu syaithan yang selalu menandingi karakter utama lima pilar di muka  dengan kebusukan di sebelahnya yang sangat nyata.

فَجَاءَ اِبْلِيْسُ بِخَمْسَةِ أَعْلاَمٍ وَاَقَامَهَا بِجَنْبِ هَذِهِ الْخَمْسَةِ

“Lalu datanglah Iblis (baik dari golongan jin maupun manusia) dengan membawa lima panji kebejatan, kemudian dipancangkannya di sebelah karakter utama yang lima.”

 

فَجَاءَ بِالْحَسَدِ فَرَكَزَهُ بِجَنْبِ الْعِلْمِ

“Iblis datang dengan panji kedengkian, dan dipancangkannya di samping ilmu”

 

فَجَاءَ بِالْجَوْرِ فَرَكَزَهُ بِجَنْبِ الْعَدْلِ

“Iblis datang dengan panji kezaliman, lalu dipancangkannya di sebelah keadilan”.

 

فَجَاءَ بِالْخِيَانَةِ فَرَكَزَهُ بِجَنْبِ اْلأَمَانَةِ

“Iblis datang dengan panji khianat, dan dipancangkannya di sisi amanat”.

 

فَجَاءَ بِالرِّيَاءِ فَرَكَزَهُ بِجَنْبِ الْعِبَادَةِ

“Iblis datang membawa panji ria, lalu dipancangkannya di samping ibadah”.

 

فَجَاءَ بِالْغَشِّ فَرَكَزَهُ بِجَنْبِ النَّصِيْحَةِ

“Dan Iblis datang dengan panji kepalsuan, lalu dipancangkannya di sebelah kejujuran”.

 

“Setelah kaum Iblis mengetahui  bahwa Muhammad saw. telah tiba

dan umat telah dibangun, maka mereka merasa tidak sanggup lagi menggoda manusia. Akan tetapi pemimpin Iblis bertanya kepada anak buahnya:

“Apakah mereka menyukai dunia?”

Kemudian pasukan Iblis menjawab: “Memang mereka sangat menyukai dunia,

kemaruk akan harta benda”.

Lalu Pemimpin Iblis berkata:

 

مَااُبَالِي اَنْ لاَيَعْبُدُوْنَ اْلأَوْثَانَ وَاِنَّمَا اَعْدُوْا عَلَيْهِمْ وَاَرُوْحُوْا بِثَلاَثٍ: أَخْذُ الْمَالِ مِنْ غَيْرِ حَقِّهِ وَاِنْفَاقِهِ فِى غَيْرِ حَقِّهِ وَاِمْسَاكِهِ عَنْ غَيْرِ حَقِّهِ

“Aku tidak peduli apakah mereka tidak lagi menyembah berhala!

Masih ada jalan lain menggoda manusia.

Aku akan mendatangi mereka baik di waktu pagi maupun senja

dan menggoda mereka dengan tiga cara:

1) aku menggoda mereka agar mengambil harta dengan cara yang tidak hak;

2) aku menggoda mereka agar membelanjakan harta di jalan yang tidak hak;

3) aku menggoda mereka agar menahan harta mereka pada tempat yang tidak hak.”

 

الله اكبر الله اكبر الله اكبر الله اكبر  و لله الحمد 

Syetan apakah dari kalangan jin maupun manusia hanyalah media dan perantara

Godaan itu sendiri sesungguhnya datang dari hasrat dan nafsu angkara

Kesenangan akan gelimang harta, dan limpahan materi tiada terhingga

Karena keliru menempatkan kebutuhan dan keinginan yang sesungguhnya berbeda

Kebutuhan adalah segala sesuatu yang jika tak terpenuhi membuat manusia binasa

Keinginan ialah segala sesuatu yang diangankan melebihi apa yang biasa lagi sahaja

 

Ulama, dai, cendekiawan, dan ilmuwan yang tergoda hasrat dunia

Rela melacurkan argumentasi, dalil, dan bahkan fatwa agama

Apakah untuk kepentingan orang lain atau dirinya semata

Syiar kebenaran dimanipulasi dengan keasyikan memamerkan ilmu mereka

Melacurkan teori dan justifikasi untuk kepentingan pemegang dana

Melegitimasi kebijakan para pemegang kuasa yang adigang adigung adiguna

Ilmu bukan untuk menerangi jalan hidup manusia dan membela yang sengsara

Namun lebih karena didorong kedengkian antara sesama

Atau dirangsang nafsu serakah menjilat penguasa demi kedudukan dan gila harta.

 

Para pemimpin negara yang kemaruk kuasa

Tergoda oleh naluri rimba yang liar dan tunasusila

Para  execu-thieve (pejabat maling) yang menjabat di ranah pemerintahan Negara

Dengan buasnya merompak uang Negara yang ditarik dari pajak warga negara

Pikirannya selalu dipenuhi kecamuk hubbud dunya

Hari ini aku makan apa, besok aku makan siapa

Itulah makhluk bernama ultra omnivora

Daging dilahap, tetumbuhan dikremus, barang segala rupa tak luput jua

Tanpa malu, tiada ragu, yang penting enak dirasa

Perutnya buncit dijejali harta yang penuh nista

Meskipun  harus mengorbankan sesama dan tak peduli pada kaum papa

yang perutnya buncit karena hampa dan dahaga

kecuali irama keroncong gelembung udara

yang memenuhi rongga lambung yang kian merana

 

Para legisla-thieve (wakil rakyat maling) yang mengatasnamakan wakil rakyat jelata

Sibuk dengan upaya memperdagangkan dukungan dan suara

Membangun koalisi dengan partai-partai berdasa muka

Yang tak rikuh berganti-ganti  topeng dan sarwa rupa

Mereka tak peduli ideologi berbeda, yang penting langgeng kuasa dan selaksa banda

Mereka giat membuat undang-undang, merumuskan aturan dan anggaran segala rupa

Demi memperdaya bangsa yang telah memberi mereka mandat berkuasa

Mengelak dari jerat pidana perilaku durjana

Menjadi makelar proyek-proyek besar yang berarta-dana

Jual beli posisi, tawar-menawar jabatan pada mereka yang  ingin masuk lingkaran kuasa

 

Para judica-thieve (pengawas maling) yang menjaga hukum dan undang-undang Negara

Terlibat kongkalingkong dengan execu-thieve dan legisla-thieve berperilaku rahwana

Menjual dan menyalin putusan untuk klien yang sedang muram menghadapi penjara

Mengubah tuntutan untuk membebaskan tersangka

memperingan hukuman demi melindungi terdakwa

bahkan membebaskan hukuman akibat alpa yang disengaja

dengan kompensasi upeti dan harta benda.

Di tangan mereka hukum hanya berlaku bagi yang miskin dan papa

yang tertatih-tatih mengais keadilan sebab tak mampu membayar pengacara

 

Bujuk rayu kuasa harta dan berjuta arta

telah melumpuhkan mentalitas dan etos kerja para pedagang dan pengusaha

mereka berupaya mengeruk laba dengan menghalalkan segala cara

menjemput profit dengan memeras konsumen yang lemah dan diam seribu bahasa

memanipulasi substansi dan menyulap barang  serta jasa

mengurangi takaran dan mencurangi neraca

asalkan keuntungan yang didapat berlipat ganda.

 

Gemerlap duniawi juga telah membius rakyat jelata

Hatinya mendamba pada tumpukan benda

Dan pikirannya dipenuhi kecamuk gelimang harta

Demi mendapatkan semua itu mereka menjadi manusia alpa

Berlumur dosa karena suka menjilat atasan secara terbuka

Menyogok para si empunya kuasa agar lancar semua usaha

Mudah diprovokasi untuk melakukan tindakan nista

Kekerasan  sering terjadi meski terhadap sesama tetangga dan sanak saudara

Tawuran sudah bukan lagi wacana dan merebak kemana-mana

Bukan hanya dilakukan orang biasa bahkan para pelajar juga mahasiswa.

Ketulusan yang menjadi karakter mereka telah hilang ditelan jebakan angkara

Ketaatan dan kepatuhan pada norma agama dan norma susila

Sudah berganti dengan kesukaan pada dosa dan amuk massa

Berbuat suka-suka, mencuri, merampas, merampok, membunuh dan memperkosa

Memperkeruh suasana masyarakat dan bangsa.

 

Cinta dan glamornya kehidupan dunia

Telah menjerumuskan para pegawai dan karyawan dalam kubangan hina

Pengabdian kepada Negara, atau perusahaan tempat mereka bekerja

makin lama ternoda oleh perbuatan indisipliner sedemikian rupa

malas bekerja, suka berleha-leha, namun gaji naik selalu didamba

sebab itu menjerumuskan mereka pada tindakan penuh petaka

menggerogoti uang Negara yang dipungut dari berjuta-juta warga negara.

 

Kejujuran semakin menjadi barang langka

telah musnah dikubur oleh kepalsuan yang merajalela

dikabarkan dalam berita, ada seorang siswa dan ibundanya tercinta

mengadukan tindakan contek massal pada ujian nasional yang dilakukan secara terbuka

harus menerima cacian, makian, bahkan usiran dari para tetangga

para guru, kepala sekolah, penilik, dan kepala dinas sebagai abdi Negara

telah melacurkan kehormatan dan martabat demi mengatrol nilai para siswa

hanya setitik nila ujian nasional, maka rusaklah harkat seluruh bangsa.

 

Jamaah Idul Qurban yang dimuliakan Allah Swt.

Keprihatian makin hari makin mendera seluruh lapisan warga

Menyaksikan cara berpikir lima pilar bangsa yang disesaki lembaran arta

Melihat cara bersikap lima pilar Negara yang dijejali tumpukan harta

Memandangi perilaku lima pilar masyarakat yang momot  kemaruk dunia

Meski mereka giat membangun secara fisik bangsa dan Negara

Hasilnya hanya fatamorgana penuh tipu daya

Laksana bangunan kuburan yang fisiknya megah dan bertahta

Namun di dalamnya bersemayam tulang-tulang tak berkerangka

Dan sisa-sisa tubuh yang tercabik dan menebar aroma busuk tiada tara.

 

الشَرُّ كُلُّهُ مِنْ هَذَا نَبَع

“Kecintaan kepada dunia

ketamakan kepada harta

Di sinilah sumber segala tindak durjana” (Hadis dari Abu Umamah).

 

Lalu apa maknanya kita merayakan Idul Qurban atau `Idul Adha

Bila setiap saat kita menyaksikan  manusia-manusia yang makin nelangsa

Karena senantiasa terbius rayuan dunia

dan takut mati telah menjadi penyakit hati di kalangan Adam maupun Hawa.

 

Saatnya kini kita mesti bercermin pada pengorbanan Ibrahim sekeluarga

`Idul Adha menjadi bermakna bagi para ulama

bila mereka berani berkurban dengan tidak menggunakan ilmunya untuk memperdaya

menebarkan kedengkian di antara sesama melalui fatwa dan ilmu yang tidak bijaksana.

 

`Idul Adha dapat memberikan hikmah bagi para pemimpin Negara-bangsa

Jikalau mereka rendah hati mau berkurban dengan tidak berbuat aniaya

Menjauhkan dari  penyalahgunaan kekuasaan untuk memperkaya diri dan kroni semata

Mau dan mampu berlaku adil pada diri, keluarga, tetangga, dan semua warga

Baik mereka yang kaya maupun  papa, tanpa sedikitpun terbujuk oleh nafsu dan hawa.

 

`Idul Adha dapat menjadi berkah bagi para pedagang dan pengusaha

Tatkala mereka tulus berkurban dengan tidak memalsukan takaran dan neraca

Tidak memanipulasi dan menyembunyikan cacat barang dan jasa

Dan menjalankan transaksi bisnis bukan untuk semata laba

Namun membangun hubungan baik antara dua pihak dalam suasana rela dan sama suka

 

`Idul Adha bisa melimpahkan anugerah bagi rakyat jelata

Ketika mereka mau berkurban dengan taat pada perintah dan menjauhi larangan agama

Mematuhi undang-undang dan hukum Negara

Demi keamanan, ketentraman dan kesejahteraan hidup bersama

Juga tidak pernah alpa senantiasa menyenandungkan doa

Untuk keselamatan para pemimpin dan semua warga Negara.

 

Akhirnya, Idul Adha juga menjadi  berarti bagi para pegawai dan abdi Negara

Manakala mereka rela berkurban dengan memberi pelayanan sepenuh jiwa

Tidak pernah menunda-nunda tugas dan kewajiban kerja

Tak pula memanfaatkan orang yang butuh untuk menambah belanja keluarga

Semua pengabdian ia jalani dan upah ia terima dengan lapang dada

Meski hidup masih di bawah garis sejahtera, asalkan jiwa tetap kaya.

 

Maka pantas kiranya jika Syaugi Bey pernah berkata:

 

اِنَّمَا اْلأُمَمُ اْلأَخْلاَقُ مَابَقِيَتْ # وَاِنْ هَمُّوْا ذَهَبَتْ اَخْلاَقُهُمْ ذَهَبُوْا#

“Suatu umat dikenal karena akhlaknya. Ia langgeng selama akhlaknya  masih setia. Ketika akhlaknya telah tiada, umat itu pastilah binasa!”

 

Prof. Dr. H. Zakiyuddin Baidhawy

(Rektor IAIN Salatiga)