Wagub Jateng: Himbau Mahasiswa Baru IAIN Salatiga Memahami Moderasi Islam

SALATIGA-Wakil Gubernur Jawa Tengah, H. Taj Yasin Maimoen mengatakan melihat IAIN Salatiga memiliki potensi bisa di tingkatkan menjadi universitas bahkan bisa menjadi percontohan. Untuk dapat mewujudkan hal itu, maka mahasiswanya harus cerdas dalam bermasyarak dan bertoleransi.

“Mahasiswa supaya bisa memahami moderasi Islam di Indonesia, agar tidak menganggap dirinya paling benar, tidak mudah menyalahkan orang, tidak mudah mengebiri masyarakat yang tidak seide, paham toleran, dan menghormati pendapat orang akan muncul kalau sudah mau memahami moderasi akan Islam. Nantinya ketika ada permasalahan, akan menerapkan ajaran Islam seperti bermusyawarah,” ujarnya.Taj Yasin juga menyampaikan misi Islam bukan menegasikan atau menghapus budaya masyarakat. Islam justru sangat mengakomodir budaya yang dimiliki oleh masyarakat di mana berada dan menuansainya dengan nilai – nilai spiritual Ilahiyah.

“Moderasi Islam dalam kehidupan masyarakat muslim Indonesia, memunculkan pertemuan nilai ajaran Islam dan nilai luhur budaya nasional,” kata Taj Yasin saat mengisi kuliah umum yang digelar Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga di Halaman Gedung K. H. Hasyim Asy’ari Kampus III, Kamis (22/8/2019).

Wakil Gubernur Jawa Tengah, H. Taj Yasin Maimoen saat mengisi kuliah dengan tema Meneguhkan Moderasi Islam di Indonesia. “Moderasi adalah istilah yang disinonimkan dengan wasathiyah, maknanya sikap dan perilaku pertengahan diantara dua sikap. Ini muncul setelah ada fenomena tasyaddud dalam menjalankan agama di masyarakat, yang cenderung intoleran terhadap perbedaan,” ujarnya.

Ia berpesan, kepada mahasiswa harus belajar Islam secara khafah, bangun sinergi antarfakultas, bisa menjadi para penyebar Islam hingga pelosok negara ini. “Sekali lagi jangan lupakan mode zaman sekarang, pakai digitalisasi dakwah, manfaatkan IT sehingga orang bisa mengakses lebih cepat,” tandas Yasin.

Menjawab isu negara khilafah, Taj Yasin mengatakan karena tuntutan, Islam adalah agama yang satu, ajarannya satu tapi memiliki mahzab 4, maka tidak boleh fanatik. “Sudah saatnya kita paham dengan para kyai, para ulama yang mengajarkan ajaran mahzab satu dengan yang lain. Seperti halnya masalah qunut. Kalau mau qunut gapapa, ga qunut gapapa,katanya.

Tak hanya itu, Taj Yasin ingin keilmuan di Indonesia yang saat ini sudah di lirik dunia itu dikembangkan dan dikenalkan kepada masyarakat tentang ilmu jarah rokhatil dalam ilmu hadis, ilmu ushul fiqh sehingga mereka paham bagiamana mengkritik seorang ulama itu ada tahapannya.

“Bangun budaya kerja sama dengan lembaga sekitar utamanya dengan Kyai, Ulama, para pemangku masyarakat mahasiswanya diarahkan ke pondok pesantren sehingga mahasiswa bukan hanya apaham islam dengan khafah tapi dengan akhlaknya yang memotret sosok kyai di sekitar. Sehingga islamnya menjadi rahmatan lil alamin karena menjadi contoh,” ungkapnya.

Sementara itu, rektor IAIN Prof. Dr. Zakkiyudin Baidhawy, M.Ag. mengatakan, keberadaan IAIN pada 2030 mendatang sebagai menjadi rujukan studi Islam Indonesia sehingga terwujud masyarakat damai bermartabat. Semua itu dicapai dengan misi yang ada mulai dari menyelenggarakan pendidikan dalam berbagai disiplin ilmu keislaman berbasis pada nilai – nilai Indonesia.

“Kami akan menyelenggarakan penelitian dalam berbagai disiplin ilmu keislaman bagi penguatan nilai-nilai ke-Indonesiaan. Selain itu, juga menyelenggarakan pengabdian masyarakat berbasis riset bagi penguatan nilai-nilai Islam di Indonesia,” ucapnya.

Kuliah umum ini juga menjadi kuliah pertama bagi mahsiswa baru. Untuk itu, sangat berkesan karena yang mengisi adalah tokoh besar.

“Saya sangat senang ada wakil gubernur Jawa Tengah bisa hadir ke kampus ini. Memberikan ilmu dan pemahaman tentang Islam, saya jadi lebih tertarik untuk belajar lebih lanjut,” ujar mahasiswa baru, Wahyu Tri Nugroho. IAINSalatiga-#AKSI (hms/zi)