Wasathiyah Islam, Kontribusi Memasyarakatkan Moderasi Beragama

SALATIGA-Center for Wasathiyah Islam Institut Agama Islam Negeri IAIN Salatiga memfasilitasi Webinar Internasional bertema Relasi Agamawan dan Peradaban. Webinar yang digelar pada Sabtu (28/11/2020) tersebut adalah webinar kedua dari International Webinar Series yang akan diadakan rutin hingga Januari 2021. Rektor IAIN Salatiga, Prof. Dr. Zakiyuddin Baidhawy, M.Ag. berharap rangkaian webinar tesebut dapat memberi kontribusi untuk memasyarakatkan moderasi beragama.

“IAIN Salatiga memandang Wasathiyah Islam sebagai core value yang menjadi pengendali dan menjadi salah satu visi IAIN Salatiga saat beralih status menjadi universitas. Saya harap webinar ini dapat menjadi sarana sosialisasi nilai-nilai yang akan diusung UIN Salatiga kelak,” ujarnya.

Lebih lanjut dalam sambutan, Prof. Zakiyuddin berkata bahwa Center for Wasathiyah Islam IAIN Salatiga akan dijadikan sarana mengembangkan pemahaman wawasan kebangsaan dan moderasi beragama, selain itu tujuan praktisnya adalah untuk menjadi pendekatan dalam proses pembelajaran. Pada kesempatan itu hadir tiga pembicara yaitu Dr. Najamudin Ramli, Muladi, M.A., dan Penasihat PCIM Mesir, Buya Cecep Taufikurohman, Ph.D.

Dr. Najamudin dalam paparannya mengatakan bahwa penguatan moderasi beragama dapat diimplementasikan dalam segala turunan kebijakan. Salah satunya dengan menjadikan PTKI sebagai wadah dan tempat penyemaian nilai-nilai kemanusiaan, nilai-nilai kerukunan beragama, dan moderasi beragama.

“Mengembangkan literasi beragama dan pendidikan lintas iman serta menjadikan moderasi beragama sebagai framing adalah kata kunci bersama sebagai dasar pengelolaan kehidupan keagamaan. Era digital ini menuntut masyarakat untuk berhati-hati agar tak terjerumus dalam kubangan ekstasi konsumerisme keagamaan,” lanjutnya.

Selain itu, menurutnya moderasi beragama menjadi basis penguatan paham keagamaan melalui ruang digital yang memiliki karakteristik multitasking untuk mengokohkan pemahaman keagamaan yang moderat, toleran, dan penuh kasih sayang.

Selanjutnya materi diberikan oleh Muladi, M.A. yang mengusulkan agar IAIN Salatiga bisa melakukan studi banding/sharing informasi mengenai kiat-kiat mengelola keberagaman dalam lingkungan yang heterogen. “Wasathiyah Islam bisa menjadi jalur utama yang harus disampaikan dengan baik. Di samping itu perlu juga mengembangkan media dakwah secara digital oleh institusi keagamaan,” jelasnya. Dirinya berharap umat Islam dapat mendakwahkan Islam yang memberi solusi, bukan hanya sebatas simpati.

Pembicara terakhir, Penasihat PCMI Mesir, Buya Cecep Taufikurohman, Ph.D. menyampaikan bahwa agamawan memiliki identitas khusus yaitu menjadi hati nurani umat yang bisa menerjemahkan kegelisahannya. “Karya-karya yang dibuat oleh agamawan pada zamannya merupakan gambaran peradaban. Yang perlu diingat adalah Islam bukanlah agama yang anti-kemajuan. Peradaban yang baik menurut Islam yaitu yang menghargai adab dan kemanusiaan,” urainya.

Menurut Buya Cecep ada beberapa sebab kemunduran Islam, yaitu: lemahnya perhatian terhadap ilmu dan peradaban, pembatasan agama sebagai aktivitas ritual, meningkatnya fenomena sikap ekstrem dalam beragama, serta menguatnya perpecahan dan konflik antar kepentingan umat. “Dari semua sebab kemunduran Islam itu, peran agamawan adalah untuk mempelajari persoalan yang dihadapi masyarakat dan mencarikan solusi yang tepat,” katanya mengakhiri.