Workshop Penangkalan Radikalisme Bagi Pendidik Agama di perguruan Tinggi

Bertempat di Hotel Horison kawasan Simpang Lima Semarang, Direktorat Jendral  Pusat Kerukunan Umat Beragama (KUB), Kementerian Agama RI menyelenggarakan workshop bagi para pendidik agama di lingkungan perguruan tinggi agama dan umum. Acara bertema “ Melalui Workshop Penangkalan Paham Radikalisme Agama, Kita Tingkatkan Pemahaman dan Kesadaran Bagi Pendidik Agama Demi Terjaganya Suasana yang Damai dan Harmonis”, pada Senin-Jumat, 16-20/7. Acara dibuka oleh Satf Ahli Menteri Agama bidang kerukunan dan HAM  H. Abdul Fatah didampingi Dr. Imam Sutomo,M.Ag.

Dalam pembukaannya disampaikan bahwa kegiatan ini di latarbelakangi oleh meningkatnya kesadaran masyarakat untuk lebih hidup harmonis, yang dirasakan begitu urgen pasca reformasi ini. Kran demokrasi dengan kehadiran kebebasan yang belum menemukan bentuknya yang ideal. Hal ini juga yang mendasari dibentuknya Pusat Kerukunan Umat Beragama di Kementerian Agama (dh. Depag). Pendekatan struktural-formal yang selama pemerintahan Orde Baru dilakukan ternyata salah dan kemudian mengalami koreksi saat ini dengan paradigma baru humanistis-kultural.

Tampil sebagai pembicara awal adalah Dr.(HC). KH. Hasyim Muzadi, mantan Ketua Umum PBNU dan Sekjen International Conference for Isalamic Scholar (ICIS). Beliau menyampaikan bahwa perkembangan radikalisme di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari jejaring global dengan apa yang  terjadi di belahan bumi yang lain. Adalah pengeboman WTC yang menjadi titik sentral bagi meledaknya perkembangan terorisme, di mana kelompok Islam yang merasa ditindas oleh kesewenang-wenangan negara Barat kemudian berusaha membalas, namun menemui jalan buntu, sehingga mereka merasa harus memerangi Barat di manapun mereka berada.  Perlawanan ini makin surut seiring dengan makin dewasanya  masyarakat dalam berpikir.  Namun tidak dipungkiri bahwa perkembangan pemikiran yang radikal juga makin sistimatis melalui pendanaan yang teratur dan terstruktur baik.

Pada kesempatan yang sama, Dr. Imam Sukardi, Rektor IAIN Surakarta juga didaulat menjadi pembicara dengan tema ‘Mengusung Paradigma Multikulturalisme di Dunia Pendidikan Tinggi’. Dalam paparannya disampaikan bahwa tantangan dunia pendidikan juga makin kompleks. Untuk itu para pendidik harus bisa merumuskan dan mereaktualisasikan gagasan-gagasan pendidikan yang berdasar pada  tata nilai agama dengan metode dan pendekatan yang lebih bisa diterima oleh masyarakat modern. Sikap kritis siswa dan orang tua terhadap perkembangan materi pendidikan perlu disikapi secara secara cepat dan akurat dengan pendekatan tersebut. Hadirnya teknologi informasi  bisa menjadi tantangan tersendiri yang dengannya juga harus bisa dijawab secara tuntas.

Dalam workshop ini beberapa dosen STAIN Salatiga berkesempatan menjadi moderator, di antaranya; Dr. M. Zulfa, M.Ag, Benny Ridwan,M.Ag, Dr. Zakiyudin Baidhawi,M.Ag, dan Moh Khusen,M.Ag. Acara dihadiri oleh  sekitar 80 dosen  agama d PTAI dan perguruan tinggi umum.(sg)