Perdana, PKKI STAIN Salatiga Mewisuda Angkatan Pertama

Perpisahan Program KKI 2

Hari jum’at (07/11) merupakan hari bersejarah bagi Program Khusus Kelas Internasional (PKKI) Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Pasalnya, untuk pertama kalinya program unggulan tersebut mewisuda angkatan pertamanya.

Sejumlah 14 mahasiswa yang terdiri dari 13 wisudawati dan 1 wisudawan yang dilepas oleh ketua STAIN, Dr.Rahmat Hariyadi,M.Pd tersebut merupakan angkatan pertama PKKI 2010/2011. Acara yang dimulai pukul 09.30 ini merupakan acara perdana selama program tersebut berdiri. Tak heran jika PKKI menggelar acara pelepasan dan perpisahan wisudawan-wisudawati dengan semarak.

Perpisahan Program KKI 1

“Anak pertama adalah sebuah kebanggaan. Entah nanti kalian akan melanjutkan S2 di dalam maupun luar negeri, melangkah saja. Pasti Allah akan memberikan jalan.” tutur Ketua STAIN yang diangkat pada bulam Juni lalu.

Beliau juga menegaskan bahwa mereka bukan hanya selesai di kampus tersebut, namun juga memulai babak baru yang lebih menantang. Beberapa syair Imam Syafi’i tentang merantau pun dilantunkan oleh Ketua STAIN.

Acara yang pelaksanaannya melibatkan seluruh mahasiswa PKKI tersebut dimulai dengan pembukaan tari pasembahan oleh kolaborasi antara mahasiswa PKKI semester 7 dan semester 3. Dilanjutkan dengan acara-acara inti berupa sambutan-sambutan dan petuah dari Ketua STAIN Salatiga.

Mengingat beban yang dipikul sebagai mahasiswa PKKI berbeda dengan mahasiswa-mahasiswa lain, maka suatu kehormatan dan kebahagiaan dapat lulus dari program yang menjadi mercusuar kampus tersebut. Tentunya, mereka diharuskan menguasai Bahasa Arab dan Inggris, mempelajari kebudayaan dan kesenian Indonesia, khususnya kesenian Jawa, mendapatkan IPK yang tinggi dan melaksanakan PPL ke luar negeri.

Seperti yang juga diungkapkan oleh Shidqon Maesur,Lc.MA., Bahasa Arab dan Inggris merupakan gerbang masuk ke dalam kancah Internasional. Beliau yang termasuk dosen dan salah satu pendiri program tersebut juga menegaskan bahwa kehidupan yang sukses harus disertai perjuangan yang berat.

(Izzah Khoiri KKI113-13-151)