Seminar Nasional, Khilafah: Tinjauan Syariah dan Aqidah

Rektor: Mahasiswa Ushuluddin haruslah mahasiswa yang “ora gumunan, ora kagetan, ora bingungan”

Rektor IAIN Salatiga memberi pesan dan nasihat kepada mahasiswa Fakultas Ushuluddin supaya memiliki wawasan keislaman yang luas. Mahasiswa juga harusnya bisa melihat berbagai varian Islam yang ada di Indonesia dengan tidak mudah kaget, heran dan bingung. Dalam bahasa Jawa hal ini biasa disebut dengan istilah ora gumunan, ora kagetan, ora bingungan.

“Mahasiswa Uhuluddin haruslah mahasiswa yang ora gumunan, ora kagetan, ora bingungan melihat berbagai varian Islam yang ada di Indonesia ini. Hal ini tentu saja dalam kontek pemikiran keislaman”, katanya saat memberi sambutan dan keynote speech pada acara Seminar Nasional dengan tema “Khilafah: Tinjauan Syari’ah dan Aqidah” yang diselenggarakan oleh Fakultas Ushuluddin Adab dan Humaniora IAIN Salatiga bekerjasama dengen Jamaah Ahmadiyah Indonesia (JAI) di Aula 2 kampus 2 IAIN Salatiga, Rabu (25/05/2016).

Seminar ini bertujuan menambah khazanah keilmuan baru bagi para dosen dan mahasiswa Fakultas Ushuluddin Adab dan Humaniora IAIN Salatiga tentang salah satu varian islam yang ada di Indonesia, yaitu aliran Jamaah Ahmadiyah Indonesia. IAIN Salatiga sebagai perguruan tinggi memiliki kebebasan mimbar akademik untuk mengkaji dan menyampaikan ilmu dari berbagai sisi, sebagaimana disebutkan dalam pasal 6 Undang-undang No. 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi.

Dalam keynote speechnya Rektor juga menyebutkan bahwa sebagaimana visi dari IAIN Salatiga yaitu “menjadi rujukan studi Islam Indonesia”, IAIN Salatiga akan berusaha menjadi kiblat rujukan bagi siapapun yang ingin tahu tentang Islam di Indonesia baik dari dalam negeri maupun dari dunia dengan menampilkan wajah Islam yang toleran, demokratis dan pro-modernitas. Hal ini juga didukung dengan predikat kota Salatiga sebagai kota yang toleran dan islami. Kota yang menjadi miniatur Islam Indonesia.