Halaqah Ulama Pesantren Ke-3

Fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora  hari ini Kamis (30/03) kembali mengadakan Halaqah Ulama Pesantren. Halaqah Ulama sebelumnya sudah dilakukan pada tahun 2016 dengan langsung mendatangi pesantren-pesantren sebagai sosialisasi keberadaan Fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora sekaligus silaturahmi dengan para ulama disekitar Kota Salatiga.

Pada tahun ini Halaqah Ulama Pesantren di Aula Kampus 1 dengan menghadirkan narasumber pakar-pakar tafsir  yaitu Dr. mukhlis hanafi, M.A. (Direktur Lembaga Pentashih Mushaf Al-Quran) dan Dr. Abdul Ghofur Maimoen, M.A. (Ketua STAI Al-Anwar Sarang-Rembang). Selain itu, peserta dari Halaqah Ulama Pesantren tahun ini juga lebih banyak dengan total terdapat 50 ulama pesantren diantaranya dari Kota Salatiga, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Magelang, Kabupaten Semarang, hingga Kabupaten Brebes.

Dalam sambutan dan pembukaan acara tersebut, Dekan Fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora Dr. Beny Ridwan, M.Ag. mengatakan Halaqah Ulama Pesantren  ini sudah diselenggarakan kali ketiga dalam rangka mensosialisasikan keberadaan Fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora IAIN Salatiga sekaligus untuk mempererat tali silaturahmi antara ulama dengan IAIN Salatiga. Halaqah Ulama ini juga berkat kerja sama dengan para alumni IAIN Salatiga yang sekarang sudah menyebar diberbagai pondok pesantren.

Halaqah Ulama Pesantren ke-3 yang mempunyai tema “Mengukuhkan Kembali Peran Pesantren Dalam Mewujudkan Masyarakat Maju Bermartabat Dalam Bingkai NKRI” diharapkan para narasumber dapat menyampaikan pengalaman-pengalaman dalam rangka pesantren yang maju dan bermartabat di NKRI. Tidak hanya itu, para undangan juga dapat mendiskusikan permasalahan-permasalahan muncul dilingkungan pesantren kepada narasumber.

“Harapannya hasil pada Halaqah Ulama Pesantren ini dapat dibawa pulang ke pesantren masing-masing,” imbuh Dekan F.Ushuluddin, Adab dan Humaniora IAIN Salatiga.    

Lebih lanjut ujar Dr. Abdul Ghofur Maimoen dalam penyampaian materinya mengatakan bahwa seiringnya kehawatiran masyarakat pada kenalana remaja yang semakin meningkat, maka pesantren-pesantren khususnya di Pulau Jawa semakin meningkat dan tidak tertampung. Hal tersebut menunjukan bahwa pesantren tidak lagi menjadi alternif dalam membentuk karakter, akan tetapi menjadi pilihan.

“Sistem pesantren yang sudah ada pada jaman Rasullah dan masih dilestarikan adalah halaqah,“ ujar Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Anwar Sarang.

Penyampaian materi lain dari Direktur Lembaga Pentashih Mushaf Al-Quran Kementerian Agama R.I. menyampaikan pendidikan pesantren merupakan sistem pendidikan yang unik. Dari mulai segi kultur masyarakatnya hingga para satrinya yang menimba ilmu. Itu artinya, pesantren dalam perjuangan bangsa ini tidak bisa dipungkiri lagi bahwa pesantren mempunyai andil besar dalam menjaga keutuhan NKRI bangsa.

“Pada pesantren mempunyai tradisi-tradisi klasik keilmuannya, yang membuat pesantren dapat menjaga NKRI dengan kuat”, lanjut Direktur Lembaga Pentashih Mushaf Al-Quran Kementerian Agama R.I..