IAIN SalatigaTambah Guru Besar Bidang Pemikiran Islam

SALATIGA – Prof. Dr. Phil. Asfa Widiyanto, M.Ag. M.A. dikukuhkan menjadi guru besar bidang ilmu pemikiran Islam di IAIN Salatiga dalam sidang senat terbuka, Kamis (29/3/2018). Dengan tambahan ini, kini IAIN Salatiga memiliki delapan guru besar.

Prof. Asfa dalam orasi pengukuhan guru besar yang dilangsungkan di Auditorium Kampus I IAIN Salatiga mengungkapkan pentingnya multikultural (keberagaman) di era saat ini. Pasalnya negara sekuler sekalipun tidak lepas dari tata aturan moral dalam masyarakatnya. Ia mengatakan masyarakat Indonesia patut bangga lantaran memiliki kekayaan agama dan suku. Hal ini bahkan, kata dia, telah diapresiasi banyak Negara.

“Kita ini bukan saja Bhineka Tunggal Ika tetapi Gen Tunggal Ika. Jadi gen kita itu beragam,” kata Prof. Asfa dalam orasi ilmiah yang mengambil judul Islam, Multi kulturalisme dan Nation-Building di Era “Pasca-Kebenaran”.

Lebih lanjut diutarakan dia, kadang ada yang membandingkan perkembangan Indonesia dengan negara lain. Negara-negara Eropa, misalnya, terlihat lebih cepat maju lantaran cenderung memiliki keseragaman. “Misalnya Belanda dan Jerman di sana ada keseragaman. Negara Eropa yang agak beragama adalah Belgia dan itu sudah terancam pecah…Kita Alhamdulillah dari Sabang hingga Merauke bisa bergabung menjadi satu Negara,” ungkap Prof Asfa.

Sementara itu dalam era digital saat ini atau yang sering disebut sebagai era matinya kepakaran lantaran terciptanya system egaliter yang memungkinkan semua orang menyuarakan pemikirannya di ruang publik. “Ini juga merambah keranah agama…semua orang bisa mengeluarkan fatwanya masing-masing. Sekalipun, misalnya, orang tersebut baru belajar agama beberapa bulan yang lalu,” tambah dia.

Era digital, kata Prof. Asfa juga sering dianggap sebagai era pasca-kebenaran lantaran fakta objektif menjadi kurang berpengaruh dalam membentuk opini public disbanding daya tarik emosi dan kepercayaan personal. “Di medsos (media sosial) orang mudah menyebar informasi provokatif atau hoax yang sekiranya bisa diterima oleh sebagian besar masyarakat, bukan karena informasi itu benar tetapi karena informasi itu berpotensi menarik sentiment dan kepercayaan personal sebagian masyarakat,” terangnya.

Terkait kondisi itu, menurut Prof. Asfa peran organisasi masyarakat sipil Islam Indonesia, yakni Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah mempunyai peran kuat dalam proses pembangunan bangsa dan multikulturalisme. “Hanya saja mereka harus menyadari ada transformasi otoritas di era digital…kedua organisasi ini harus mempunyai kemampuan untuk mengadaptasi dan aktif di media sosial,” tutur dia.

Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. didalam sambutanya dengan tambahan guru besar Prof. Asfa sebagai guru besar di bidang pemikiran Islam diharapkan visi IAIN Salatiga tahun 2030 menjadi rujukan studi  Islam-Indonesia bagi terwujudnya masyarakat damai bermartabat bisa terwujud.

Di usianya yang masih terbilang muda, semoga Prof. Asfa bisa membawa berkah bagi keluarga, IAIN Salatiga serta masyarakat Indonesia. “Kami berharap melalui karya-karyanya bisa menjadi corong kita untuk menyebarkan kepada dunia mengenai keindahan Islam Indonesia,” ujar Rektor. (zid_hms) IAINSalatiga-#AKSI