LEARNING OUTCOMES PUASA #1

DISIPLIN WAKTU

Layaknya sebuah paket training, puasa merupakan paket tahunan yang diberikan Allah Swt. untuk membentuk dan memelihara nilai-nilai penting bagi kesuksesan hidup hamba-Nya. Syarat mengikuti training ini adalah memiliki iman dalam hati, karena tanpa iman, puasa akan kehilangan arti. Learning outcomes atau hasil akhir kompetensi yang diharapkan bisa dikuasai, disebut dengan istilah “bertaqwa”. Ini merupakan konsep global yang sering dipahami lebih dominan dimensi peribadatan atau penghambaan manusia kepada Tuhan. Akan tetapi sebenarnya bila dijabarkan, learning outcomes puasa banyak juga tertuju pada pembentukan pribadi yang sukses dalam mengemban tugas kehidupan sebagai wakil Tuhan di muka bumi.

Paling tidak ada delapan nilai-nilai pribadi yang hendak dibentuk melalui puasa, yaitu (1) Berdisiplin dan menghargai waktu, (2) Pengendalian diri, (3) Kejujuran, (4) Kesabaran, (5) Teguh pendirian, (6) Berpikiran positif, (7) semangat belajar, dan (8) berjiwa sosial atau dermawan. Semua nilai ini sangat besar peranannya dalam menentukan keberhasilan hidup seseorang. Idealnya seorang yang berpuasa, memerhatikan learning outcomes ini sebagai sesuatu yang measurable (dapat diukur) dan observable (dapat diamati) pada dirinya pada bulan-bulan sesudahnya.

Pertama, disiplin dan menghargai waktu. Orang yang berpuasa, tidak ada yang berani makan setelah waktu subuh tiba. Demikian pula, tidak akan ada yang berani mendahului berbuka sebelum waktunya. Bila ada, tentu dipertanyakan keimanannya. Ini sebenarnya merupakan pelatihan yang luar biasa, agar orang berdisiplin dan menghargai waktu. Orang harus terbiasa menepati waktu. Tentunya tidak hanya saat makan sahur dan berbuka, namun juga dalam segala aktivitas mereka. Kebiasaan untuk tepat waktu dalam segala aktivitas, akan membuat nyaman dan lebih produktif pada diri sendiri maupun dalam relasi dengan orang lain. Sebaliknya kebiasaan tidak tepat waktu itu membuat tidak nyaman dan tidak produktif.

Di dalam puasa, orang juga dilatih untuk memanfaatkan waktu secara efektif. Paling tidak ada 4 (empat) peruntukan waktu, yaitu: (1) untuk beribadah, (2) untuk bekerja, (3) untuk keluarga, dan (4) untuk beristirahat. Selama bulan puasa, orang cenderung menepati keempat peruntukan waktu ini dengan baik. Bila ini menjadi kebiasaan seseorang, niscaya ia akan memiliki peluang lebih besar untuk sukses, ketimbang orang yang tidak jelas dalam mengatur dan memanfaatkan waktu. Dan hal ini menjadi ukuran kebaikan keislaman seseorang, yaitu kemampuannya meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat.

Pepatah mengatakan, waktu adalah pembunuh yang kejam. Orang yang tidak akan dibunuhnya, hanyalah orang yang sungguh-sungguh menggunakan waktu. Waktu juga diumpamakan seperti pedang, kalau kita tidak menggunakannya untuk memotong, maka kita akan dipotongnya. Oleh karenanya, orang yang bijak, pastilah menggunakan waktunya dengan baik. Dan orang yang menggunakan waktu dengan baik, adalah orang yang lebih berpeluang untuk sukses. Dan…ramadhan salah satunya melatih untuk hal ini.

Wallaahu a’lam