Saatnya Universitas Islam Perkuat Riset

SALATIGA – Perguruan tinggi Islam saatnya bertransformasi dari universitas berbasis pengajaran (teaching university) menjadi universitas berbasis riset (research university). Hal ini dibahas dalam seminar bersama yang digelar IAIN Salatiga dan Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) di Kampus 3 IAIN Salatiga, Jumat ( 21/12/2018) sore.

Wakil Rektor I IAIN Salatiga, Agus Waluyo dalam sambutanya mengatakan di era globalisasi, penelitian menjadi poin utama dalam pelaksanaan tri dharma perguruan tinggi. “ Penelitian dulu baru setelah itu hasil penelitian diterapkan untuk bahan pengajaran dan pengabdian di masyarakat,” ungkap dia.

Agus mengatakan saat ini banyak perguruan tinggi yang tampil sebagai teaching university. Cirinya, kata dia, menerapkan banyak mata kuliah sehingga justru terjadi tumpang tindih. Selain itu dosen jadi lebih fokus pada pengajaran dan menjadikan penelitian hanya untuk memenuhi beban kerja. “Juga belum ada keselarasan penelitian dengan industri atau pemerintah daerah. Hasilnya pun belum dideseminasikan,” ungkap Agus.

Wakil Rektor II IAIN Salatiga Kastolani menambahkan dibandingkan dengan negara-negara tetangga jumlah publikasi ilmiah di Indonesia terbilang minim. Karena itu penelitian memang menjadi fokus perhatian perguruan tinggi saat ini, utamanya soal studi Islam. “Semangat membaca menjadi kunci keberhasilan kita. Hasil bacaan kita renungkan kemudian ditulis dan dipublish,” papar dia.

Sementara itu, Satgas Bidang Kerja Sama Universitas Islam Internasional Indonesia Irfan Abubakar dalam sambutannya mengungkapkan merasa senang bisa menggelar sosialisasi di Salatiga. IAIN Salatiga merupakan kota kedua yang dikunjungi setelah sebelumnya Satgas UIII menyambangi UIN Makasar.

Diutarakan dia IAIN Salatiga dipilih karena dinilai sebagai perguruan tinggi Islam di tingkat lokal yang perkembangannya pesat. Selain itu, lanjut dia, Salatiga merupakan salah satu kota toleran di Indonesia. Hal ini sesuai dengan UIII yang didirikan untuk menjaga toleransi. “Indononesia adalah negara yang toleran dan Salatiga adalah miniatur Indonesia…kami yakin akan mendapatkan banyak inspirasi dari sini,” papar dia.

UIII yang saat ini kampusnya masih dalan tahap pembangunan akan mulai menerima mahasiswa baru pada pertengahan tahun 2019 mendatang. Kampus berbasis riset ini hanya fokus pada program postgraduated atau magister (S2) dan doktoral (S3). Jumlah mahasiswa akan dibatasi karena menerapkan sistem beasiswa penuh. “Anda tidak perlu lagi pergi ke luar negeri untuk belajar di universitas bertaraf internasional,” imbuh anggota Satgas UIII lainnya, Ali Muhanif yang menginformasikan UIII dibangun di lahan seluas 140 hektare di wilayah Depok, Jawa Barat.

Ali menjelaskan pendirian UIII diawali dari fenomena booming sarjana muslim Indonesia yang prestasinya membanggakan secara internasional. Oleh karena itu dengan dukungan semua pihak, UIII telah masuk dalam proyek strategis nasional tahun 2018 di bawah Kementerian Agama.

Sebagai universitas berbasis riset, kata dia, UIII ke depan diharapkan bisa melahirkan peraih nobel di berbagai bidang. “Indonesia diharapkan menjadi model untuk menyelaraskan Islam dan demokrasi,” jelas dia.

Ditambahkan Dadi Darmadi Indonesia sebagai salah satu negara dengan jumlah umat Islam terbesar telah lama digadang-gadang memiliki universitas Islam berstandar internasional. “Tidak banyak di dunia ini kita bisa belajar berdebat tentang berbagai paham dengan tenang, secara demokratis. UIII didesain lebih terbuka kepada dunia dan memberikan kontribusi kepada dunia,” imbuh Dadi yang juga anggota Satgas UIII di hadapan peserta seminar. IAINSalatiga-#AKSI (cka/zid_hms)