Beri Pengayaan Wawasan Lintas Disiplin Ilmu, Program Pascasarjana Gelar Interdiciplinary Colloquium

SALATIGA-Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Salatiga menggelar Interdiciplinary Colloquium pada Kamis (20/02/2020) di Ruang Teater Gedung KH Hasyim Asy’ari Kampus III IAIN Salatiga. Kegiatan yang mengangkat tema Strategi dan Prospek Pengembangan Pascasarjana di Era Kampus Merdeka tersebut menghadirkan Kasubdit Pengembangan Akademik Direktorat PTKI (Perguruan Tinggi Keagamaan Islam), Dr. H. Mamat S. Burhanuddin, M.Ag.

Direktur Pascasarjana IAIN Salatiga, Prof. Dr. Phil Widiyanto, M.A. mengatakan bahwa Interdiciplinary Colloquium di IAIN Salatiga sudah rutin diadakan sejak 2012. Menurutnya, kegiatan itu bertujuan untuk memberi pengayaan wawasan lintas program studi kepada para mahasiswa.

“Ilmu itu berkembang dengan cepat, tidak mungkin stagnan di suatu titik. Maka dari itu, harus diadakan diskusi lintas disiplin agar mahasiswa tidak terus berada dalam tempurung keilmuannya dan tidak mau memperhatikan disiplin ilmu lain. Ilmu Allah itu luas. Semakin berkembang ilmu yang kita miliki, akan kita sadari bahwa ketidaktahuan kita juga semakin banyak,” ujarnya di hadapan mahasiswa jenjang sarjana dan pascasarjana yang hadir.

Selanjutnya, Prof. Widiyanto juga mengingatkan mahasiswa untuk selalu mengasah rasa ingin tahu dan disiplin, “Minimal, mahasiswa itu harus memiliki dua sifat, yaitu selalu ingin tahu dan disiplin. Paling tidak, dengan kedua sifat tersebut mahasiswa bisa terus mengembangkan keilmuannya.”

Pada kesempatan itu, Dr. Mamat mengatakan bahwa pengembangan kurikulum perlu memperhatikan ranah pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Apalagi pada program Pascasarjana perkembangan keilmuan tidak hanya terjadi pada dosen saja tetapi terjadi juga pada mahasiswa. Menurutnya Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) terutama program pascasarjana sudah diberi kebebasan tinggal bagaimana pihak lembaga mengembangkan kreativitas serta inovasi untuk mengoptimalkan dan mengembangkan keilmuan.

Selain itu, Kasubdit Pengembangan Akademik Direktorat PTKI tersebut menjelaskan enam prinsip yang harus dipegang teguh oleh PTKI, yaitu: penekanan bahwa 1) PTKI adalah lembaga pengetahuan/ilmiah yang harus kritis; 2) PTKI adalah lembaga inteligensi yang harus turun tangan mengatasi masalah publik; 3) Pendidikan di PTKI harus memperkenalkan moderasi beragama; 4) PTKI harus terlibat dalam penguatan kebangsaan; 5) PTKI harus menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman; 6) PTKI harus mendampingi peserta didik agar menjadi pribadi salih. “Keenam prinsip itu tadi harus dipegang dengan erat, karena target kita adalah menjadikan PTKI di Indonesia sebagai pusat dan rujukan kajian-kajian Islam di dunia,” katanya.

Dirinya juga mengimbau para mahasiswa untuk banyak membaca, “Banyak saya temukan mahasiswa baik di tingkat S2 atau S3 yang masih susah mengantarkan logika ketika menulis karya ilmiah. Hal ini dapat diatasi dengan banyak membaca. Ketika mahasiswa banyak membaca, dia akan memiliki banyak data. Jika data banyak dan mencukupi, menulis karya ilmiah pun jadi makin mudah,”

Lebih lanjut, Dr. Mamat menjelaskan bahwa Kementerian Agama telah memberi kebebasan pada PTKI, jadi pihak kampus tinggal memaksimalkan kreativitas agar keilmuan makin berkembang. Termasuk yang berkaitan dengan mata kuliah baru. Mata kuliah baru harus dipertajam, alasan munculnya mata kuliah baru tersebut harus diperjelas. Selanjutnya ia juga mengajak perguruan tinggi untuk meningkatkan semangat kompetisi dalam hal membekali mahasiswa.

Pada sesi diskusi, Suparman, salah seorang peserta dari program pascasarjana menanyakan bagaimana peran PTKI untuk menyeimbangkan dua polar ekstrem dalam agama. Menjawab pertanyaan itu, Mamat mengatakan bahwa Kementerian Agama memiliki tim Moderasi Beragama yang akan terus memberikan pemahaman agar sivitas akademik di PTKI siap menyeimbangkan dua kutub dalam beragama. “Tidak ada salahnya mempelajari kedua sisi dalam agama, yang tidak boleh dilakukan adalah jika kita berdiri di salah satu sisinya.”