AICIS 2021 Tekankan Pentingnya Rekontekstualisasi Fikih Islam

Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) ke-20 resmi dibuka oleh Wakil Presiden Indonesia, KH. Ma’ruf Amin di Surakarta pada Senin (25/10). Kegiatan tahunan yang melibatkan akademisi PTKIN dan sejumlah ilmuwan dari Saudi Arabia, Iran, Amerika Serikat, Inggris, Turki, Korea Selatan, serta Malaysia tersebut mengangkat tema “Islam in Changing Global Context: Rethinking Fiqh Reactualization and Public Policy”. Pada kesempatan itu, para akademisi dan ilmuwan membahas lebih dari 5.000 paper terkait temuan baru dalam studi Islam.

Dalam sambutan yang diberikan pada upacara pembukaan, Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas menyampaikan pentingnya melakukan rekontekstualisasi sejumlah konsep fiqih atau ortodoksi Islam dalam rangka merespon tantangan zaman, “Penting bagi kita saat ini untuk membuka ruang bagi pemikiran dan inisiatif yang diperlukan untuk membangun peran konstruktif bagi Islam dalam kerja sama menyempurnakan tata dunia baru ini.”

Menurutnya, ada empat alasan atau asumsi dasar pentingnya rekontekstualisasi ortodoksi Islam. Pertama, bahwa pengamalan Islam adalah operasionalisasi dari nilai-nilai substansialnya atau pesan-pesan utamanya, yaitu: tauhid, kejujuran, keadilan, dan rahmah.

Kedua, bahwa model operasionalisasi tersebut harus dikontekstualisasikan dengan realitas aktual agar praktek-praktek yang diklaim sebagai pengamalan Islam tidak justru membawa akibat yang bertentangan dengan pesan-pesan utama Islam itu sendiri. “Dalam hal ini, para pemikir Islam sepanjang sejarah telah membuka ruang dan menyediakan perangkat-perangkat intelektual untuk keperluan itu dengan khazanah ilmu-ilmu tafsir, hadits, ushul fiqh, dan sebagainya,” tuturnya.

Alasan selanjutnya adalah bahwa dakwah Islam harus dijalankan dengan tetap memelihara harmoni masyarakat secara keseluruhan. “Alasan terakhir adalah bahwa walaupun tidak menjadikan non-Muslim berpindah (identitas) agama menjadi Muslim, nilai-nilai substansial Islam yang diadopsi sebagai nilai-nilai yang operasional dalam masyarakat adalah capaian dakwah yang amat tinggi harganya. Jika Islam mampu memberdayakan nilai-nilai dasarnya untuk dikontribusikan dalam pergulatan menyempurnakan tata dunia, itulah capaian raksasa yang dicita-citakan oleh Rasulullah Muhammad Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam,” pungkasnya.

Rektor IAIN Salatiga, Prof. Zakiyuddin Baidhawy menambahkan bahwa AICIS 2021 mengangkat tema yang urgen dan relevan, “AICIS kali ini menghubungkan fikih dan kebijakan publik. Artinya orientasi fikih bukan hanya di bidang ibadah namun secara tajam juga harus menyorot apa yang menjadi kebutuhan publik. Dari situ kita bisa menyimpulkan bahwa fikih perlu mengembangkan diri dan memperluas zona kepeduliannya terhadap kepentingan bersama/maslahah ‘ammah dan bagaimana cara mewujudkannya.”