KSEI Gelar Seminar Ekonomi Syariah

Bank Syariah sejauh ini masih diyakini sebagai bank yang kebal krisis, terbukti dengan eksistensi beberapa bank syariah yang meskipun diterjang badai krisis ekonomi masih berdiri tegak tidak kena imbas likuidasi atau bahkan kolaps. Eksistensinya juga makin berkembang ke wilayah Eropa, misalnya di Inggris yang terdapat 22 lembaga keuangan syariah, padahal Eropa oleh banyak orang danggap sebagai sarang kapitalisme dan neoliberal.  Sementara system keuangan barat terus mengalami krisis, seperti yang terjadi di Wallstreet beberapa waktu yang lalu, dan yang teranyar adalah krisis di Zona Euro Eropa yang juga sudah mulai tampak.

Maka ekonomi syariah menjadi lirikan baru bagi pengembangan model ekonomi berbasis keadilan yang saat ini marak, baik di Negara muslim maupun non-muslim.  Itulah intisari yang bisa disajikan dalam seminar ekonomi syariah pada Sabtu, 2/6, yang lalu di Aula Utama Kampus 1. Hadir sebagai pembicara Anton Bawono, M.Si kandidat doctor ekonomi di UGM dan juga dosen STAIN Salatiga, Ali Sakti, M.Ec, Junior Bank Researcher BI, dan Sukarna, S.Pd, pelaku wirausaha yang meraih Small and Medium Bussiness Enterpreneurship Award.

Ekonomi Islam yang tidak mengenal riba dan spekulasi (maysir) sangat memungkinkan untuk dikembangkan karena mengandung kepastian dan saling menguntungkan. Ada beberapa revitalisasi dari ekonomi syariah, yaitu dari resiko yang ditanggung oleh satu pihak kepada resiko bersama, baik untuk maupun rugi (profit sharing). Sementara itu dari sisi pelaku UKM, banyak sekali manfaat yang didapat dengan menggeluti bisnis berdasar syariah sebagaimana yang diajarkan oleh rasulullah Saw. Ini seperti diungkapkan Sukarna,S.Pd yang telah lama bergelut dengan bisnis UKM hingga ia meraih UKM award. (sg)