FPI di Mata Sosiolog; Antara realitas dan framing akademis

Lazimnya, penelitian akademis akan meneliti dua atau tiga variable untuk menghasilkan teori-teori. Saat ini, untuk satu tema sangat mungkin banyak variable untuk menentukan kategorisasi. Untuk tujuan ini maka di Barat sudah ada alat pembaca yang canggih yang bisa membantunya. Tetapi tentu tidaklah membuat pekerjaan peneliti menjadi ringan, karena ia juga harus pandai menentukan variabel untuk setiap kategorisasinya.


Munajat,Ph.D, memaparkan itu dalam Forum Diskusi Bulanan (Fordib) bagi dosen yang kembali digelar di Rumah Makan Apung Banyu Bening Salatiga pada 30/6.  Hadir para dosen yang sedang dan sangat berminat terhadap penelitian kualitatif maupun kuantitatif. Pada   kesempatan itu Munajat memanfaatkan kesempatan mempresentasikan makalahnya yang akan ia bawa ke Singapore pada pertengahan Juli ini.

Metodologi  penelitian yang ia kuasai telah ia ujicobakan dalam penelitian disertasi sebelumnya ketika studi di Amerika Serikat saat ia membaca fenomena Islam yang dianggap Fundamentalis semacam Front Pembela Islam (FPI). Dari hasil penelitiannya, ada banyak faktor yang menjadikan seseorang atau kelompok untuk menjadi fundamenatlis, seperti; lemahnya kekuatan Negara, semangat keagamaan yang tinggi, pandangan dunia mengenai makna jihad, dan sebagainya. Untuk melihat itu dibutuhkan framing yang kaya agar penelitian bisa sampai pada kesimpulan yang sangat objektif  dan diakui oleh dunia internasional.

Dari pertemuan ini kemudian disepakati untuk diadakan kursus penelitian kualitatif dan kuantitatif dengan materi yang sangat banyak seperti central tendency and variability, Z scores, standard error, hypothesis  testing, factorial anova, sampling distribution, statistical power dan sebagainya. Untuk tahap awal akan diikuti oleh para kalangan dosen dengan kurikulum yang telah disusun Munajat bersama dengan tim dari P3M.(sg)